Renungan bagi Kaum Muda: Menganggap Rendah Kekristenan

Buat apa terlalu serius sama agama? Yang biasa-biasa saja sudah cukup baik, kok. Pergi ke gereja pada saat moment-moment besar seperti Paskah dan Natal sudah membuat kita satu level lebih baik daripada orang-orang Kristen lainnya yang tidak pergi ke gereja sama sekali. Jangan terlalu fanatik, deh!

Pemikiran-pemikiran seperti ini banyak diadopsi oleh orang-orang yang mengakui diri pengikut Kristus. Perhatikan beberapa alasan mengapa hal ini terjadi:

  1. JC. Ryle dalam bukunya mengatakan ada kemerosotan yang signifikan di dalam ketertarikan orang-orang muda untuk mendedikasikan waktu dan tenaganya dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya agamawi. Berapa banyak anak muda yang mengaku Kristen yang masih taat membaca Alkitab setiap hari? Berapa banyak yang ikut kelas Pendalaman Alkitab, apalagi datang ke Persekutuan Doa? Tragisnya, tidak banyak anak muda yang mengerti tentang alat-alat anugerah ini! Anak-anak muda saat ini cenderung merasa malu kalau dirinya terlihat terlalu suci karena itu adalah hal yang dilihat tidak normal bagi generasi muda saat ini. Iblis dengan semua keahliannya berusaha untuk membuat kita jauh dari hal-hal rohani yang membantu kita untuk semakin membenci dosa dan secara tidak langsung iblis membuat kita tidak menghargai keselamatan di dalam Kristus.
  1. Adanya sikap tidak hormat dan ketidakpercayaan terhadap Firman Tuhan. Ini semua dilandasi oleh sikap acuh tak acuh dimana Firman Tuhan dilihat sebagai sesuatu yang tidak harus dijunjung tinggi. Dalam 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan yangdiilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Terlalu banyak orang yang mengaku pengikut Kristus, tapi hidup tanpa ada rasa takut akan Tuhan. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka berbicara, bertindak, dan berpikir. Banyak anak muda menolak dan tidak mau taat kepada apa yang tertulis di dalam Alkitab karena Firman Tuhan di dalamnya menghukum perilaku mereka. Jauh di lubuk hati yang paling dalam mereka tahu bahwa Alkitab adalah saksi yang melawan dosa-dosa mereka. Firman-Nya membongkar semua kebobrokan hati yang terdalam dari seseorang.

Alkitab dilihat sebagai buku yang kurang penting dalam kehidupan anak muda dan tidak terlalu ada relevansinya dengan era ini. Banyak anak muda yang terlalu malas untuk membaca Alkitab. Alasan umumnya adalah karena terlalu susah untuk dimengerti. Ini adalah tipuan iblis yang sangat halus, tapi ujungnya adalah kehancuran. Masalah sebenarnya bukan pada hakekat Alkitab yang sulit dimengerti, tetapi hati manusia lebih menyukai hal-hal yang dunia tawarkan. Nonton youtube sampai berjam-jam atau membaca komik berhari-hari - anehnya kita tidak merasa bosan saat melakukan hal-hal ini - tapi baru baca beberapa pasal di Alkitab saja kita sudah bikin kita ngantuk. Dosa ini tidak terlihat terlalu serius kalau dilihat dari permukaan, namun pelan tapi pasti dosa ini mengarahkan rasio dan afeksi kita untuk semakin serupa dengan dunia yang berdosa ini. 

Jangan ikuti jalan dunia ini karena ujung jalannya adalah keterpisahan dari Allah. Jalan yang paling membahagiakan dan yang paling menyenangkan adalah jalan ketaatan di dalam Kristus. Biarlah hati kita boleh bertobat dan terus-menerus dimurnikan, agar hidup Kristiani kita tidak merendahkan pribadi Kristus dan kebenaran-Nya.

Oleh: NJ

Jangan Kembali ke Mesir

Pada zaman Kerajaan Mesir Kuno, kekuatan perang atau kegagahan pasukan militer dari satu bangsa diukur dari jumlah kuda yang dimiliki, dan Mesir adalah yang paling terkenal dengan kudanya. Ketika Firaun, raja Mesir itu, mendengar bahwa umat Israel yang dipimpin oleh abdi Allah yang bernama Musa telah lari meninggalkan negerinya, maka ia pun mengejar mereka dengan segala kuda, keretanya, dan orang-orang berkuda (Keluaran 14). Tercatat dalam 1 Raja-Raja 10:28 bahwa kuda untuk raja Salomo di tengah-tengah puncak pemerintahannya juga didatangkan dari Mesir karena kuda yang terpilih dan terbaik pada masa itu berasal dari Mesir.

Alkitab dengan jelas menuliskan bahwa Allah melarang bangsa Israel kembali ke Mesir untuk mendapatkan banyak kuda (Ulangan 17:16). Pernahkah kita berpikir mengapa Allah melarang bangsa Israel kembali ke Mesir? Mengapa Allah menolak bangsa Israel untuk mendapatkan banyak kuda?

Bagi seorang raja, memperkuat kota pertahanannya adalah sesuatu yang baik, tetapi tanpa disadari hal ini bisa menjadi celah masuknya dosa. Demi memperkuat kerajaannya, maka diperlukan kuda-kuda perang. Demi memperoleh kuda-kuda perang yang terbaik, maka harus dijalani perdagangan dengan Mesir. Demi menjalani perdagangan, maka harus ada hubungan yang dibangun kembali dengan Mesir. Kemudian raja menghitung seluruh jumlah kuda-kuda yang telah diperolehnya, keserakahan pun muncul di dalam hati raja. Keserakahan yang menyebabkan hati raja tidak puas dengan apa yang ada. Keserakahan yang membebani raja untuk mengejar lebih banyak kuda. Akibatnya, perdagangan dengan Mesir semakin meningkat. Utusan-utusan dari raja ke Mesir semakin bertambah. Hubungan yang dibangun kembali dengan Mesir semakin kuat.

Lebih daripada itu, persekongkolan raja dan utusan-utusannya dengan Mesir berarti segala penyembahan berhala, kebiasaan buruk, dan bermacam-macam kejahatan lainnya yang membuat Mesir itu terkenal, terpapar secara terbuka di depan mereka. Perlahan-lahan mereka dipengaruhi oleh Mesir. Perlahan-lahan mereka ditarik oleh cara hidup Mesir. Mata raja yang tertuju pada Mesir perlahan-lahan menghampiri kemuliaan dunia dan mengasingkan dari kemuliaan Allah. Mata raja yang awalnya hanya terpaku pada kuda-kuda Mesir perlahan-lahan mendekati kemuliaan diri dan menjauhi kemuliaan Allah, sampai akhirnya raja tidak lagi mencari kemuliaan Allah.

Kedahsyatan dosa yang paling menakutkan adalah menggantikan kemuliaan Allah dengan kemuliaan ciptaan-Nya, menggeser kemuliaan Allah dengan kemuliaan dunia, menukar kemuliaan Allah dengan kemuliaan diri.

Sadarkah kita bahwa sang raja tersebut adalah diri kita? Raja yang melakukan kerja sama dengan Mesir untuk memperbanyak kuda-kudanya adalah gambaran kita yang sedang berkompromi dengan dunia yang sudah rusak ini untuk memuaskan keinginan hati kita. Raja yang telah membebani dirinya dan utusan-utusannya dengan urusan kuda adalah kita yang sedang mengenakan beban yang tidak perlu dan sia-sia pada diri kita sendiri demi mencapai kemauan kita.

Yesaya berseru, “Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.” (Yesaya 31:1, 3).

Perhatikan baik-baik cara kerja setan yang begitu lihai. Setan akan merayu kita setahap demi setahap dan tidak akan berhenti sampai kita meninggalkan Allah. Kedahsyatan dosa yang paling menakutkan adalah menggantikan kemuliaan Allah dengan kemuliaan ciptaan-Nya, menggeser kemuliaan Allah dengan kemuliaan dunia, menukar kemuliaan Allah dengan kemuliaan diri. Ini merupakan tragedi terbesar bagi umat manusia.

Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang mengenal kita jauh melebihi kita mengenal diri sendiri. Allah mengetahui kondisi hati kita yang cenderung diperdaya oleh akal setan dan Allah menghendaki supaya kita terhindar dari jebakan setan. Oleh sebab itu, Allah yang telah membebaskan umat Israel dari Mesir berfirman kepada umat-Nya, “... Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi.” (Ulangan 17:16). Allah juga, yang telah memerdekakan kita dalam Kristus dari dosa dan kematian, mengingatkan kita janganlah sekali-kali kita kembali melalui jalan yang menuju kebinasaan ini.

Alkisah, seorang istri dari duta besar Inggris ingin bersaing di salah satu kontes kecantikan teragung di kota Berlin, Jerman. Di tengah perjalanannya dari Inggris ke sana sayangnya dia membuka kalung yang dia kenakan dan kehilangan satu mutiara yang mahal di suatu tempat. Mungkin mutiara itu bisa ditemukan kembali jika pencarian yang serius dilakukan pada saat itu, tetapi prosesi akbar akan segera mulai, dan jika mereka tidak tiba di sana pada waktunya, maka istri duta besar akan kehilangan tempatnya di kontes kecantikan tersebut. Karena mereka menyadari bahwa kontes itu lebih penting daripada mutiara yang hilang, mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan.

Kita akan berada dalam bahaya yang sama jikalau kecelakaan seperti ini harus terjadi dalam serbuan yang tidak berkesudahan dari tahun-tahun hidup kita. Mutiara apa yang hilang dalam hidup kita? Apakah itu uang? Apakah itu kekayaan? Apakah itu kemakmuran materi? Apakah itu pekerjaan? Apakah itu hak pribadi? Apakah itu ketidakadilan? Apakah itu pujaan manusia? Apakah itu kehormatan dunia? Jangan kembali ke Mesir untuk mencarinya. Jangan kembali ke bayang-bayang kemuliaan dunia ciptaan yang berusaha menawan hati kita dengan segala kemegahannya dan keindahannya, yang berusaha merebut kesadaran dan hasrat kita akan kemuliaan Allah.

Oleh: SP

Image source: Unsplash

Pandangan kita terhadap konsep waktu

"Pak, bicara tentang konsep waktu, bagaimana pandangan kita sebagai orang Kristen terhadap konsep waktu?"

Oh, tema tentang waktu itu tema yang sangat-sangat besar, dalam, dan sangat sulit, dan ini kita tidak mungkin bisa membahasnya dalam beberapa menit, tetapi saya akan masuk ke dalam Mazmur pasal 90, dan ini pun akan menjadi eksposisi yang panjang lebar, tapi saya hanya akan berbicara berkenaan secara sederhana mengenai waktu di dalam aplikasi yang kita semua akan bisa lakukan.

Pertama, kita harus sadar bahwa waktu itu cepat.

Kedua, kita harus sadar bahwa waktu itu hanya satu kali diberikan Tuhan kepada kita.

Ketiga, kita harus sadar bahwa ujung daripada waktu yang kita miliki adalah penghakiman.

Waktu itu cepat. Waktu itu cuma satu kali. Waktu itu setelah kita selesai maka akan dihakimi.

Maka dengan mengerti 3 hal ini saja kita harus hati-hati untuk menggunakan waktu. Kalau saudara-saudara melihat, membaca buku-buku biografi, autobiografi orang-orang yang sungguh-sungguh Tuhan pakai, ada satu kesamaan daripada mereka. Dan saya menemukan satu kesamaan daripada mereka adalah mereka selalu berpikir bahwa waktu yang mereka miliki tidak lama lagi. Selalu itu ada. Jadi, selalu mereka itu menyadari waktu itu rasa tidak lama lagi mereka akan mati, tidak lama lagi mereka akan selesai, tidak lama lagi mereka akan berpulang kepada Tuhan. Itulah sebabnya mereka memiliki hal seperti itu di dalam dirinya, membuat mereka itu kerja keras, membuat mereka itu kerja sungguh-sungguh, membuat mereka itu menjauhkan diri daripada dosa, membuat mereka itu berlaku sungguh-sungguh jujur, bisa dipercaya, dan berbuat banyak, sebanyak-banyaknya bagi Tuhan,  meskipun pada akhirnya nanti ternyata mereka memiliki umur misalnya 80 tahun, 90 tahun. Tetapi sejak bahkan mereka umur 25 tahun, mereka berpikir mungkin waktu mereka tinggal 1 hari atau 2 hari.

Mereka bukan menakut-nakuti diri, tetapi Roh Kudus bekerja di dalam diri mereka, membuat mereka sadar bahwa waktu itu cepat, satu kali, dan akan dihakimi oleh Allah. Nah, Saudara-saudara, kalau saudara-saudara makin saudara bertambah umur, tepatnya berkurang umurnya, makin kita itu menjadi tua, makin kita akan menyadari ketiga kalimat ini itu sungguh-sungguh terjadi: waktu itu adalah cepat, waktu itu hanya satu kali, tidak pernah bisa kembali, dan waktu itu akan dihakimi, sehingga kita makin lama makin tua, kenapa orang tua makin bijak? Adalah karena mereka tahu waktunya sedikit. Tetapi adalah alangkah baiknya jikalau saudara-saudara sejak dari muda mendidik diri bahwa waktu itu cepat, satu kali tidak kembali, dan akan dihakimi, itu sejak muda, maka kita akan mengerjakan banyak pekerjaan-pekerjaan yang berharga dan kita tidak membuang umur kita.

 

Self Talk – Sehat atau ga ya?

Helen: Hi rekan-rekan Pelita. Selamat bergabung kembali dengan podcast ngobrol bareng Pelita bersama saya Helen. Kali ini kita akan ngobrol bareng dengan Vikaris Sariwati.
Selamat datang Ibu Sari. 

Ibu Sari: Hallo Helen, apa kabar? 

Helen: Baik, Bu ini banyak banget pertanyaan-pertanyaan, yang kita pingin tanyain ke Ibu Sari, jadi Ibu jangan bosan-bosan ya kita undang ke podcast kita. Bu, kali ini kita mau ngobrol bareng tentang satu tema yaitu suara hati, atau self-talk. Nah kita kan sering dengar, orang bilang, “Suara hati saya bilang saya ga bisa.” Atau suara hati bilang, “Iihh..kok orang ini nyebelin banget sih.” Atau malah tiba-tiba suara hati bilang, ”Eh tadi kompor udah dimatiin belum ya?”

Nah..pokoknya hampir setiap saat ada suara hati kita aktif gitu. Kecuali mungkin pas tidur kali ya ibu Sari. Nah self-talk itu apa sih Bu Sari ? 

Ibu Sari: Iya Helen, ini satu pemikiran yang baik sekali. Maksudnya ini sesuatu yang perlu kita renungkan. Nah self-talk itu bisa juga dimengerti sebagai suara hati dan itu adalah satu kemampuan yang Tuhan berikan pada manusia, sebagai bagian dari proses berpikir. Dan bisa dimengerti juga sebagai suara dialog di dalam hati.

Jadi ada proses berpikir dalam kalimat-kalimat, yaitu diri berbicara dengan diri sendiri, dan ini menarik sekali ya. Dan self-talk ini adalah biasanya juga berisi tadi pikiran dan kalimat-kalimat yang muncul, dan juga sebagai satu pertimbangan sebelum atau kalimat-kalimat di dalam diri seseorang, sebelum dia keluar menjadi kalimat melalui bibirnya dia. Dan biasanya self-talk ini juga sebagai respon pada lingkungan yang tadi Helen kasih contoh ya. Ketika teringat sesuatu, “oh..uda dimatiin belum kompor?” “Oh kenapa orang itu pake baju itu?” Dan sebenarnya dalam satu hari, kalau kita boleh perhatikan pada diri kita sendiri, ada ribuan bahkan jutaan kata yang muncul tuh dalam pikiran kita. Sehingga melalui self-talk ini kalo kita mau amati, kita bisa mengenal siapa diri kita sendiri, bagaimana kita berpikir melalui self-talk ini.

Helen: Ok, jadi self-talk itu proses bicara sama diri sendiri, ya bu ya. Kalau gitu apa sih signifikansi self-talk

Ibu Sari: Iya, jadi self-talk ini ada dalam diri. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Tuhan, yang Tuhan berikan dimana manusia diciptakandi dalam gambar dan rupa Allah dan ini adalah satu kemampuan yang Tuhan berikan di dalam diri manusia untuk berpikir. Proses berpikir ini ada di dalam bentuk perkataan-perkataan dalam diri seseorang. Ciptaan lain tidak ada, tidak punya kemampuan ini. Jadi kemampuan ini Tuhan berikan untuk memikirkan, bukan saja apa yang ada di dunia ini, namun juga merenungkan dan memikirkan hal-hal yang kekal yang Tuhan mau. Manusia memakai akal budi ini untuk berelasi juga dengan Tuhan.

Helen: Jadi signifikan sekali ya bu.

Ibu Sari: Ya iya..sangat signifikan juga, dan self-talk ini juga sebenarnya juga ya Helen, itu boleh diamati untuk boleh mengenali pribadi seseorang itu sehat atau tidak sehat. Maksudnya begini, seseorang yang sehat pribadinya maka self-talk yang ada di dalam diri dia itu adalah berkaitan dengan realita kehidupan yang dia hadapi. Misalnya, seorang anak yang sedang konflik dengan orang tua, ketika itu terjadi maka anak ini akan memakai proses berpikir dan dialog di dalam dirinya itu untuk memikirkan atau memproses apa sih sebenarnya terjadi? Kenapa saya konflik dengan orang tua saya? Kenapa orang tua saya marah ? Dan bagaimana solusi ini bisa dipikirkan?

Tapi kalau pribadi anak ini tidak sehat, maka anak ini akan menolak secara tidak sadar bahwa itu menjadi masalah dia; dia akan berandai-andai. Andainya, seandainya saya punya orang tua lebih baik, seandainya saya mempunyai orang tua mengerti, seandainya orang tua saya seperti orang tua teman saya. Jadi, tidak berkaitan dengan realita yang dia hadapi, seperti itu. Jadi melalui self-talk ini juga, kita bisa melihat kepribadian seseorang itu sehat atau tidak. Kalau dia sehat, dia akan mampu menghadapi realitas yang ada dan memproses apa yang dialami dalam self-talk. Tetapi kalau tidak sehat, maka self-talk itu akan lebih mengarah kepada suatu fantasi, dan menghindari dari realita hidup. 

Jadi pribadi itu akan sulit sekali bertumbuh karena menolak untuk dealing atau menyingkapi realita yang ada. Selalu berpikir berandai-andai. Begitu ya, saya lanjut kan ya. Self-talk ini juga bisa dilihat sebagai satu wadah dimana orang itu menjadi unsur pembentukan karakter pribadi, maksudnya apa? Maksudnya adalah ketika seseorang mengalami satu kesulitan dalam hidup dia, tantangan-tantangan yang ada, Nah kalimat-kalimat apa yang dia katakan kepada dirinya sendiri? Apakah itu kalimat yang berisi sesuatu hal yang positif? Artinya mendorong dia untuk berjuang atau kalimat yang sangat membuat dirinya pesimis. Itu akan mempengaruhi pembentukan karakter pribadi seseorang.

Misalnya di dalam satu Seminar Krisis Masa Muda dan Pembentukan Karakter oleh Pdt. Stephen Tong. Jadi kalau saudara ada di YouTube itu yang bagian ke 15 maka self-talk ini mempengaruhi pembentukan karakter. Saya kutip Pak Tong mengatakan di dalam seminar itu : Ini kalimat penting ya! Waktu kamu mengalami sesuatu lalu kamu bicara pada dirimu sendiri, apa yang kau bicarakan pada dirimu sendiri (ini adalah self-talk), sangat mempengaruhi pembentukan karaktermu di dalam proses hidupmu selanjutnya. Jadi ini sesuatu yang perlu dipikirkan, perlu dicermati. Sebaliknya kalau seorang yang tidak sehat, maka dia isi self-talk itu berisi self pity, selalu mengasihani diri sendiri diri dan selalu melihat hidup ini terlalu sulit. Jadi itu dua arah yang berbeda sekali.

Helen: Wah bu, kalau self-talk itu ada yang negatif dan positif? Apa self-talk itu bisa dikendalikan bu? Apakah kerohanian itu mempengaruhi self-talk seseorang? 

Ibu Sari: Ya Helen. Jadi sebenarnya self-talk itu bukan dikendalikan seperti apa ya. Tetapi di dalam kehidupan rohani kita sebagai anak Tuhan itu ada satu proses yang dinamakan proses pengudusan. Nah di sinilah, Tuhan itu mau kita dikuduskan dalam semua aspek kehidupan kita, termasuk self-talk ini. Jadi di Roma 12:2 mengatakan bahwa: Perbaharuan akal budimu. Ini masuk ke sini, proses berpikir. Jadi self-talk ini juga perlu dikuduskan supaya self-talk, proses berpikir kita sebagai anak Tuhan itu boleh dipakai untuk merenungkan firman, juga berdoa kepada Tuhan dan memikirkan pekerjaan Tuhan di tengah dunia ini.

Pertanyaan selanjutnya apakah kerohanian mempengaruhi self-talk? Itu sangat-sangat mempengaruhi sekali. Jadi ada beberapa contoh di dalam Alkitab, self-talk ini dimengerti berkata di dalam hatinya. Jadi iman sebenarnya yang Tuhan anugerahkan di dalam diri kita itu juga bekerja di dalam self-talk. Jadi iman bekerja untuk misalnya dalam Matius 5:28, satu cerita peristiwa dimana seseorang perempuan yang sudah sakit pendarahan selama dua belas tahun. Dan di tengah kerumunan orang banyak, ketika Yesus mengajar di tengah orang-orang banyak, maka perempuan itu mengejar kesembuhan dari Tuhan dan di dalam hatinya dia berkata, “Asalku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Dan betul, ketika perempuan itu menjamah jubah Kristus, maka dia menjadi sembuh.

Jadi self-talk ini menjadi satu tempat di mana manusia itu boleh melatih imannya, memikirkan kebenaran firman Tuhan, merenungkannya dan memikirkan apa yang baik bagi Tuhan. Juga menarik sekali, dalam Yohanes 5:42, dituliskan disitu bahwa: Tuhan tahu di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih kepada Allah. Jadi Tuhan melihat apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan dalam self-talk kita. Sehingga kita perlu menyadari sebagai anak Tuhan, proses pengudusan yang kita alami atau kita jalani setelah kita menerima Kristus sebagai Juruselamat itu bukan sesuatu perubahan perilaku. Yang tadinya tidak ke gereja jadi pergi ke gereja, yang tadinya tidak melayani jadi melayani. Bukan itu! Tetapi pembaharuan itu Tuhan kerjakan, Roh kudus kerjakan dari dalam melalui dari dalam, self-talk ini sendiri.

Selanjutnya juga ternyata Alkitab juga mencatat bahwa di dalam Yohanes 13:2 itu dicatat seperti ini : Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot. Jadi jelas dalam bagian ini bahwa self-talk itu menjadi satu tempat dimana terjadi satu peperangan rohani. Jadi hal-hal yang jahat, si jahat itu juga bekerja memasukkan pikiran-pikiran yang jahat kepada anak-anak manusia. Sehingga di dalam self-talk itu kita menjadi satu tempat bergumul antara kita mau taat kepada kebenaran firman atau kita mengikuti hal-hal yang jahat di dalam diri kita, maupun bisikan dari luar. Begitu juga di dalam pergumulan sebagai anak Tuhan, apakah kita mau mengisi self-talk kita menjadi satu tempat kita merenungkan firman atau kita membiarkan self-talk kita terbuka untuk dunia memasukkan konsep-konsep dunia yang bertentangan dengan apa yang Tuhan ajarkan kepada kita.

Helen: Ok, pertanyaan terakhir Bu Sari. Positif self-talk itu sama ga sih sama positive thinking?

Ibu Sari: Sangat berbeda sekali ya Helen, karena positive thinking itu spiritnya adalah berusaha memikirkan hal-hal yang positif dari luar. Jadi berusaha memikirkan kalimat-kalimat yang baik, yang benar, supaya kita bisa, merubah self-talk yang negatif jadi positif, tetapi self-talk yang kita bicarakan disini adalah di dalam konteks pengudusan. Sehingga perubahan di dalam arah self-talk kepada hal kebenaran itu adalah karya Roh Kudus. Bukan cara manusia supaya orang itu berpikiran positif, maka hidupnya jadi lebih baik. Itu menjadi suatu perubahan mungkin bisa berhasil tetapi itu sementara sekali dan itu sangat superficial, jadi hanya di permukaan saja.

Tetapi apa yang Roh Kudus kerjakan, yaitu pembaharuan akal budi. Adalah satu perubahan di dalam isi self-talk, yang tadinya berisi secara alamiah adalah hal-hal yang berdosa, hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi Roh Kudus bertahta di dalam hati nurani manusia dan juga menguduskan self-talk itu dengan kebenaran Firman Tuhan. Dengan merenungkan janji Tuhan dan tentu saja di dalam ketaatan kita sebagai anak Tuhan, dan disitulah ada satu perubahan yang sejati dan permanen. Sehingga hidup manusia yang tadinya sia-sia di luar Kristus, akan menjadi hidup yang Tuhan pakai untuk menyatakan pekerjaan Tuhan dan kemuliaan Tuhan di tengah dunia ini. 

Helen: Wah.. self-talk ini ternyata serius sekali ya bu ya. Karena ini adalah hal yang sangat tersembunyi di dalam diri seseorang dan kalau tidak diarahkan maka kita yang muda-muda ini pasti banyak jatuh dalam jebakan dosa. Nah.. Bu Sari, sebelum kita akhiri ngobrol bareng Pelita kita kali ini apa ada hal yang Ibu Sari sampaikan ke rekan-rekan Pelita di rumah ? 

Ibu Sari: Ya Helen, self-talk ini sangat penting sekali untuk kita sadari karena kalau tidak itu akan berbahaya sekali. Tanpa sadar sebenarnya, yang tadi saya katakan bahwa si jahat juga bisa memasukkan atau membisikkan pikiran-pikiran yang membawa kita jatuh di dalam dosa, begitu. Jadi perlu diingat bahwa Tuhan itu mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia. Di Yohanes 2:25 dituliskan : Karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya, kepada Tuhan tentang manusia, sebab Tuhan tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Mengapa ini penting sekali? karena seringkali kita berpikir dan tertipu oleh pikiran itu sendiri. Bahwa karena ini tersembunyi, maka kita pikir orang lain ga tau, dan akhirnya Tuhan juga gak tau apa yang kita pikir, padahal itu tidak benar, begitu ya. 

Jadi berlatihlah dari sekarang, dengan sengaja begitu! Mengamati self-talk yang ada dalam diri saudara, Apakah self-talk itu sehat atau tidak sehat ? Ataukah self-talk itu berisi sesuatu yang membawa kita makin mendekat kepada Tuhan, atau self-talk kita berisi hal-hal yang sebenarnya menjatuhkan diri kita sendiri, berisi keluhan, berisi hal-hal yang self pity misalnya. Lalu sebenarnya Tuhan itu senang sekali kepada anak-anak-Nya yang minta Dia membimbing. Jadi mintalah Tuhan membimbing saudara secara pribadi, untuk berani jujur mengenali, dan mengakui apa yang ada dalam self-talk kita, dan berbalik arah kepada-Nya. Dan isilah self-talk dengan membaca firman Tuhan setiap hari. Mengingat, memikirkan, merenungkan firman Tuhan dan berbicara kepada Tuhan dalam setiap kondisi hati kita. Jadi itu menjadi satu perjalanan Rohani kita bersama Tuhan, setiap saat kita berdoa di dalam self-talk kita kepada Tuhan.

Renungan bagi Kaum Muda: Ketidakpedulian

EGP (emang gue pikirin)?” Sangat umum kita mendengar ungkapan ini dari orang-orang di sekeliling kita.

Udah, nggak usah dipikirin, lakukan aja – hidup kan cuma sekali.” Inilah yang menjadi pegangan banyak orang muda dari jaman ke jaman. Mereka berpikir bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan menyebabkan masalah apapun ke depannya. Terlebih lagi, hal yang sudah ada di depan mata, yang sangat menarik hati, menciptakan dorongan kuat untuk mengejarnya, seringkali tanpa dipertimbangkan baik-baik. Toh, yang penting sekarang hidup enak – ada waktunya untuk kerja keras nanti! Namun sebagaimana orang yang terlalu asyik melihat HP dan tidak peduli terhadap sekeliling jatuh ke lubang yang persis di depannya, ketidakpedulian adalah suatu bahaya yang sangat sulit terdeteksi.

Menurut J. C. Ryle, ketidakpedulian adalah sesuatu yang membahayakan, terutama bagi anak muda. Ini dikarenakan sifat acuh tak acuh dan tidak peduli untuk memikirkan matang-matang setiap hal yang akan dilakukan. Ini seringkali terjadi di dalam hidup kita, mulai dari hal-hal yang sederhana, hingga sampai ke hal-hal yang rumit, misalnya memilih pekerjaan hanya karena uang, bermain games, dan jalan-jalan ketimbang belajar dengan keras, memilih pasangan hidup hanya karena penampilan, semuanya hal-hal yang kelihatan sederhana yang mengakibatkan penderitaan bertahun-tahun. Bila hal duniawi diremehkan sedemikian rupa, apalagi hal rohani? Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Ams. 16:25). Banyak anak muda mengejar dosa dan berkata, “Aku tidak memikirkan sampai ke sana; itu tidak terlihat seperti dosa, terlihat enak.” Dosa tidak akan datang kepada manusia sambil berkata, “Aku adalah dosa!” Dosa selalu terlihat “baik dan sedap kelihatannya” ketika ia hendak dijalankan (Kej. 3:6).

Oleh karena itulah Firman Tuhan mengajar untuk kita memperhatikan keadaan kita. Ketetapan hati untuk berhenti, berpikir dan mempertimbangkan hal seturut Firman Tuhan sangat penting. Maka dari itu, kita harus memperoleh hikmat dan pengertian (Ams. 4:7) dari sumber hikmat itu, yaitu Allah sendiri, melalui pertolongan Roh Kudus, dalam hati dan pikiran kita dan menjalankannya. Bijaksana untuk menyikapi segala sesuatu dibutuhkan bukan hanya untuk hidup rohani, tetapi hidup dalam dunia ini untuk kebaikan kita.

Mungkin terlintas suatu pikiran yang mengatakan, “Kalau begitu, masa hidup harus bersikap sangat suram dan termenung-menung?” Perlu dipahami, Allah adalah Allah yang ‘bahagia/menyenangkan’, bukan Allah yang dingin, kaku dan membosankan. Di dalam Yesus Kristus, Allah mau membentuk hati kita untuk bijaksana dalam mempertimbangkan apa yang kita lakukan dan ke mana kita berjalan, semua supaya kita bertumbuh dalam sukacita pengenalan akan Dia. Dan lebih daripada itu, Ia mau supaya kita makin berjalan hidup dalam pimpinan-Nya dan menikmati hidup serta diri-Nya senantiasa. Kiranya kita mau untuk dididik dan belajar untuk makin peduli dan berbijaksana dalam hidup di dalam Tuhan.

Oleh: HN

Bagaimana mengetahui kehendak Tuhan di dalam hidup kita?

"Bagaimana caranya mengetahui kehendak Tuhan di dalam hidup kita?"

Ini adalah suatu pertanyaan yang semua dari kita bergumul. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengatakan saya ahli, kita ahli, untuk mengetahui kehendak Tuhan. Tetapi di tempat yang lain, Alkitab dengan jelas menyatakan Tuhan itu ingin kehendakNya diketahui.

Nah sekarang saya ingin memberikan secara sederhana, hal-hal & prinsip apa untuk yang Tuhan nyatakan di dalam Firman-Nya untuk kita boleh mengenal Dia dan mengerti kehendak-Nya.

Yang pertama adalah baca Firman Tuhan, Alkitab, secara teratur.

Kita tidak bisa membaca bagian-bagian Alkitab yang kita inginkan saja, tetapi kita membacanya secara teratur, bab demi bab, ayat demi ayat. Alkitab itu akan memberikan kepada kita suatu kerangka berpikir mengerti kehendak Tuhan. Jadi bukan sesuatu yang mistik.

Oh, aku memilih itu atau memilih ini, maka kemudian Alkitab menyatakan: "Pilih yang A," oh, bukan seperti itu. Alkitab memberikan kepada kita prinsip-prinsipnya dan akan memberikan kepada kita cara berpikir untuk mengerti sifat Tuhan, mengenal pribadi-Nya dan kemudian baru kita akan mengerti kehendak-Nya. Pertama adalah baca Firman Tuhan secara teratur.

Kedua adalah milikilah hati yang ditetapkan untuk taat di depan.

Ini adalah sesuatu yang penting. Kita tidak bisa mengatakan kepada Tuhan, "Tuhan nyatakan kehendak-Mu," tetapi di dalam hati kita, "Aku tidak mau taat sepenuhnya atau kalau Tuhan katakan A, aku tidak mau, Tuhan katakan B, aku baru mau taat." Tidak, kita tetapkan hati di depan untuk taat kepada Tuhan terlebih dahulu, sebelum kita mengerti Tuhan menjawab apa. Ini ada di dalam Alkitab, di dalam Firman Tuhan, yang mengatakan: "Barangsiapa mau maka dia akan tahu", Yohanes 7:17. Yaitu, barangsiapa menetapkan hatinya taat terlebih dahulu, dia akan tahu kehendak Tuhan.

Hal yang ketiga adalah tidak ada orang yang bisa datang kepada Tuhan, mengenal Dia, tanpa hati itu adalah jujur, terbuka, dan tulus di hadapan Tuhan.

Ini yang di dalam Alkitab dikatakan integrity of heart (Integritas hati). Jadi, Tuhan itu bergaul dengan orang-orang yang jujur, Tuhan itu menyatakan kehendak-Nya kepada orang-orang yang tulus. Jujur, tulus, terbuka, itu adalah selalu hati yang kita harus jaga di hadapan Tuhan dan kemudian kita membaca Firman-Nya dengan teratur dan kita mau rela taat, maka kita lihat bagaimana Tuhan itu akan menyatakan sesuatu begitu jelas secara rohani di dalam hidup kita. Itu adalah mengerti kehendak Allah.

Renungan bagi Kaum Muda: Cinta akan Kesenangan

Masa muda adalah masa yang paling indah, begitulah lirik dari sebuah lagu. Makanya menjadi tua adalah hal yang paling tidak ditunggu-tunggu di dalam hidup. Masa muda adalah masa dimana sebagian orang mencapai puncak dari kesehatan dan kekuatan secara fisik. Kekuatiran, sakit penyakit, dan kematian terdengar sebagai sesuatu yang asing. Banyak orang bilang, “Nikmatilah hidup selama kamu muda.” Dan itulah yang banyak dilakukan oleh orang muda. Mereka mengartikan kalimat ini sebagai suatu dorongan untuk melakukan apa saja yang menyenangkan mereka tanpa batas apapun. Banyak yang akhirnya hidup untuk kenikmatan itu sendiri dan hidup hanya untuk mengejarnya. Misalnya mengejar kesenangan dalam seks, alkohol, obat-obat terlarang, pesta pora, dan sebagainya. Ada kalimat yang mengatakan “Semakin dilarang, semakin penasaran dan semakin dikejar”. Kenikmatan itu terus dipikirkan siang dan malam.

J.C. Ryle mengatakan bahwa cinta akan kesenangan adalah salah satu hal yang harus diwaspadai oleh anak muda. Segala sesuatu yang memberikan perasaan senang, yang menenggelamkan pikiran yang jernih, yang menyenangkan indera dan memuaskan daging, semua ini menguasai hidup anak muda dengan begitu kuat. Tetapi semua kesenangan itu hanya bersifat sementara, tidak akan pernah memuaskan, kosong dan sia-sia. Seperti seekor belalang yang terlihat begitu indah dengan mahkota di kepala mereka, namun ternyata mereka memberikan sengat yang mematikan dengan ekornya (Wahyu 9:3-11). Cinta akan kesenangan akan mematikan jiwa. Semua yang hanya memberikan kenikmatan sementara bukanlah kenikmatan yang sesungguhnya. Tubuh kita adalah pelayan yang berguna tetapi selalu menjadi tuan yang buruk, jadi jangan sampai kita menjadi hamba dari tubuh.

Itulah sebabnya Alkitab mengatakan jauhkanlah diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa (1 Petrus 2:11). Jauhkanlah juga diri dari situasi-situasi yang mungkin membuat kita jatuh, jangan membicarakan hal tersebut dan jangan memikirkannya sehingga membuat kita tergoda untuk melakukannya. Seperti tertulis di Kolose 3:5, “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala”.

Jadi, apakah menjadi anak Tuhan berarti kita tidak dapat menikmati hidup? Tentu tidak. Justru sebaliknya, Tuhan menciptakan kita sebegitu rupa dengan segala indera yang ada supaya kita dapat menikmati hidup yang Dia berikan dan dunia yang Dia ciptakan, dengan ucapan syukur dan di dalam kekudusan. Seperti tertulis di dalam Mazmur 16:11, Tuhan berkenan memberitahukan kepada kita jalan kehidupan; di hadapan-Nya ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Nya ada nikmat senantiasa. Kiranya kita boleh menikmati Dia selama-lamanya dan terus bertumbuh dalam sukacita mengenal Tuhan.

Oleh: HE

Saya & Corona

Di dalam podcast ini kita akan berbicara tentang satu tema yang begitu penting yaitu tema Saya & Corona”. Kali ini saya ditemani oleh rekan saya Jeanifer. Jeanifer mungkin bisa memperkenalkan diri secara singkat untuk teman-teman di rumah.

Nama saya Jeanifer. Saya berprofesi sebagai seorang nurse (perawat) di emergency department di salah satu rumah sakit di Sydney. Dan ini adalah tahun kelima saya sebagai seorang nurse. 

Selamat datang Jean. Jean mungkin bisa share sedikit kapan pertama kali mendengar tentang virus corona ini dan waktu itu apa sih yg dipikirkan?

Jujur saat pertama kali mendengar virus ini, saya tidak melihat ini sebagai sesuatu penyakit yang serius, karena yang kami ketahui pada saat itu, dilihat dari sudut pandang medis, gejala-gejala dari coronavirus ini sangat ringan. Sangat mirip sekali dengan gejala flu yang setiap tahun terjadi saat memasuki musim dingin datang. Saya sejujurnya berpikir bahwa ini adalah kemungkinan besar bentuk lain dari penyakit flu atau radang paru2 biasa yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Tetapi minggu berganti minggu, situasi dunia mulai berubah, setelah mendengar berita dimana virus ini telah menyebar ke Italia dan beberapa negara Eropa dan asia yang ternyata memakan korban bahkan jauh lebih banyak dari pada China, dan disitulah pandangan saya mulai berubah terhadap virus ini secara signifikan. Ada sesuatu yang berbeda dari virus ini, bukan hanya penyakit radang paru-paru biasa yang dialami oleh banyak pasien yang kami dirawat di rumah sakit saat musim dingin mulai datang, ini adalah sesuatu yang tampak ringan dari gejalanya, tapi secara prognosis, ini bisa mematikan. Bukan hanya mematikan bagi yang berusia lanjut, tapi bagi yang masih muda pun, virus ini bisa mengancam kehidupan mereka.

Apa yang dipikirkan ketika pertama kali diperhadapkan dengan pasien yang terkena corona?

Setelah dinas kesehatan Australia mulai mengambil siaga 1 melawan coronavirus semua setting yang ada di rumah sakit, peraturan dan protokol mulai berubah. Kami tidak lagi diperbolehkan untuk memakai seragam yang biasa kami pakai saat berangkat kerja dari rumah, kami tidak lagi boleh mengantongi handphone atau membawa barang bawaan yang kami biasa bawa ke rumah sakit. Kami disediakan tas khusus dan dianjurkan untuk meninggalkan sepatu yang kami pakai di rumah sakit dan memakai sepatu lain untuk pulang ke rumah. Saat kami bekerja pun, kami diberikan seragam khusus untuk bekerja dimana baju-baju tersebut akan disterilkan setelah pemakaian. Bukan hanya seragam khusus tapi kami harus mengenakan masker dan alat pelindung tubuh selama shift kami berlangsung. Kami tidak diperbolehkan memakai perhiasan seperti kalung, anting, cincin bahkan jam sekalipun saat kami bekerja karena benda-benda tersebut bisa menjadi salah satu mode of transmission yang sangat mungkin untuk virus ini kami bawa pulang ke rumah saat selesai bekerja. Saya ingat hari dimana atasan kami menghimbau perubahan-perubahan tersebut yang tadi saya jelaskan, mulai pada saat itu terjadi ketegangan pada saat kami bekerja dari hari-hari sebelumnya sebelum ada virus corona. Untuk keselamatan tenaga medis, setiap pasien yang datang ke emergency, harus kami perlakukan seolah-olah mereka positif virus corona. Ini karena kami mempunyai jumlah staf yang cukup terbatas dan kalau ada yang terkena maka akan sulit untuk kami menyediakan pelayanan kesehatan untuk para pasien.

Hal ini membawa satu beban besar bagi perawat dan dokter karena kami tidak bisa tahu secara langsung siapa yang terjangkit dan siapa yang tidak. Sangat jelas dalam memori saya, ketakutan yang menyelimuti kami setiap kali kami memulai shift kami. Ketakutan dalam hal apa? Ketakutan karena memasuki suatu situasi yang dipenuhi ketidaktahuan. Tidak ada seorangpun yang mengerti dan tahu cara kerja virus ini, yang kami tahu virus ini sangat mudah untuk tersebar dari satu orang ke orang lain. Pada saat itu kami himbau secara tegas, jikalau ada dari kami yang mulai memiliki gejala2 seperti batuk, panas tinggi atau flu, atau apapun itu, kami harus secara jujur memberitahu pihak rumah sakit untuk kami di test untuk coronavirus dan kami dilarang untuk bekerja sampai kami mendapat satu clearance bahwa kami negative. Disitu saya sadar, bahwa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi agar saya bisa lebih lagi bergantung sepenuhnya hanya kepada pribadi Tuhan. Yang sedang saya hadapi pada saat itu bukanlah bekerja melawan penyakit yang saya pernah pelajari dan kenal sebelumnya tapi saya sedang menghadapi satu tantangan penyakit dimana manusia diseluruh dunia tidak tahu cara kerja dan bagaimana virus corona bekerja. 

Dalam masa-masa seperti itu, ada tidak suatu momen atau pergumulan yang paling berat bagi Jean?

Bagian yang paling menantang adalah saat saya harus memperlakukan bahwa semua pasien yang datang ke emergency itu sebagai pasien dengan positive corona. Pada setiap pasien saya harus melakukan proses testing itu dimana saya dengan alat pelindung diri yang lengkap harus mengambil sampel sel dari hidung dan tenggorokan setiap pasien yang kami curigai terjangkit coronavirus. Untuk mengambil sample ini, sangat lumrah untuk pasien menjadi batuk seketika saat sample taking dilakukan dan untuk mendapat sampel secara efektif, saya harus berdiri dekat pada wajah mereka dan saat mereka batuk seketika, itu adalah indikasi bahwa sample taking telah dilakukan dengan benar. Secara profesi saya harus merawat mereka sebisa yang saya mampu tapi disisi lain ada satu ketakutan yang nyata mulai memasuki pikiran saya saat itu. 2 pertanyaan ini muncul, bagaimana jika Tuhan mengijinkan saya terkena coronavirus dan bagaimana saya harus berespon. Setiap kali saya pulang, secara sadar saya harus menjaga jarak dengan orang2 di rumah karena saya tidak tahu jika saya membawa virus itu pulang ke rumah. Sempat tersirat satu pemikiran, mungkin saya harus pindah untuk sementara waktu selama masa pandemi ini. Kekhawatiran demi kekhawatiran berkecamuk dan setiap hari saat hendak memulai shift, doa yang saya saat itu adalah memohon pada Tuhan kalau saya terekspos virus ini, saya meminta agar Tuhan berikan kerelaan hati untuk turut merasakan apa yang pasien coronavirus itu rasakan. Saya memohon hati yang rela agar jangan sampai iman saya tergoncangkan. 

Jelas sekali iman Kristen itu sangat berperan besar dalam saya bekerja sebagai seorang perawat. Iman kepada Kristus lah yang memberikan saya satu teladan dan tujuan yang jelas mengapa saya berprofesi sebagai seorang nurse yaitu untuk menjadi terang dan garam bagi mereka yang lemah dan putus asa karena kondisi penyakit mereka sendiri

Tuhan di dalam providensia-Nya memberikan satu ketenangan kepada saya di tengah-tengah pandemik ini. Setiap hari saat datang kerja, banyak dari staff dan pasien yang menunjukan satu ketakutan terhadap kematian. Apakah akan sakit sekali rasanya saat mendekati kematian yang disebabkan oleh virus ini? Kita tahu bahwa belum ada obat yang bisa melawan virus ini, bahkan obat antiviral dengan spektrum tertinggi pun belum bisa dipastikan secara ilmiah mampu untuk melawan virus yang tidak terlihat ini. Ketakutan akan kematian bukan hanya bisa kita lihat di rumah sakit, ketakutan akan kematian ini benar-benar dirasakan oleh banyak orang di seluruh dunia. 

Masa pandemi ini telah mengubah cara manusia menunjukan perhatian kepada keluarga, teman dan sesama, pelukan dan sentuhan dulu adalah bentuk kasih sayang tapi sekarang, sikap ini menjadi sesuatu yang berbahaya karena transmisi virus corona yang sangat mudah berpindah. Pembatasan secara sosial dan fisik telah menjadi satu tanda bahwa kita peduli kepada orang lain. Ini adalah satu hal yang tidak pernah manusia pikirkan sebelumnya. Virus yang tidak terlihat ini telah sungguh-sungguh telah mengubah semua aspek kehidupan manusia. 

Satu ayat firman Tuhan yang terus saya pikirkan adalah adalah dari Ibrani 13:8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Orang percaya yang sejati akan mengalami penyertaan Allah yang penuh dengan kemurahan semasa ia hidup, ketika ia mati, dan untuk selama-lamanya. Dari janji yang bersifat luas dan mencakup semuanya ini, orang Kristen boleh yakin bahwa hanya dari Tuhan lah mereka beroleh pertolongan. Allah Tritunggal yang adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini, di dalam kedaulatan-Nya sudah mengetahui saat virus ini pertama kali muncul, kemana virus ini akan pergi dan kapan virus ini akan berhenti menyebar. Dan ini menjadi satu pengharapan besar bagi umat manusia ciptaan-Nya dimana di dalam kepak sayap-Nya lah kita bisa mendapatkan perlindungan, pada batu karang yang kokoh itulah iman kita tidak bisa tergoncangkan dan di dalam kasih sayang-Nya lah kita mendapatkan ketenangan.

Kedaulatan yang sama yang sanggup menghentikan coronavirus, namun belum, adalah kedaulatan yang sama yang menopang jiwa manusia di dalamnya. Meskipun yang manusia rasakan saat ini adalah kesedihan, kehilangan, kekecewaan atau mungkin sekali keputusasaan, tetaplah ingat bahwa Tuhan pada diri-Nya adalah tetap Tuhan yang baik dan penuh dengan kemurahan terhadap kita kita manusia berdosa. Semua hal yang terjadi saat ini, pandemi, perang, keterpisahan bahkan dukacita tidak membuat attribute Allah berubah sama sekali. Mengutip satu kalimat dari John Piper, “Baik mati ataupun hidup, Tuhan akan beserta denganmu”. Sebagai seorang Kristen, bukan diri kita lagi yang paling penting, bukan keamanan kita atau apapun yang kita miliki tapi kita dituntut untuk melepaskan hak kita agar kehendak Tuhanlah yang sungguh-sungguh terjadi dalam hidup kita. Dan jikalau diperlukan jalan penderitaan dan kesakitan agar kehendak Tuhan yang terjadi maka mintalah Tuhan untuk Dia sendiri yang menguatkan dan meneguhkan hati kita. Soli Deo Gloria.

Bagaimana kita berespon terhadap perkembangan dunia digital?

"Bagaimana kita sebagai orang Kristen berespon terhadap kemajuan digital?" 

Ini adalah masalah yang besar bagi kita semua khususnya anak-anak muda. Kemajuan digital adalah seperti gelombang laut yang besar sekali seperti Tsunami yang besar melanda daripada satu pulau yang kecil. Dan pulau yang dilanda itu adalah pribadi kita masing-masing. Beberapa hal ini:

  • Pertama adalah, kita harus menguatkan diri kita, mengerti diri kita itu siapa di hadapan Allah.

Jadi kita harus menyadari yang mendefinisikan diri kita itu adalah bukan orang lain tetapi adalah Allah itu sendiri melalui Alkitab. Kalau kita tidak tahu identitas diri kita, maka yang terjadi adalah kita akan diombang-ambingkan dengan ombak yang besar seperti ini. Kita begitu ada orang yang klik Like di tempatnya kita punya post, maka kita itu senang. Coba begitu banyak orang ratusan orang yang tidak suka dengan apa yang kita post langsung hati kita begitu down. Kita rasa menjadi orang yang nothing, atau merasa diri menjadi orang yang berguna, bangga, tergantung daripada bagaimana respon orang lain terhadap hidup kita, terhadap diri kita, di media sosial yang mereka bahkan tidak tahu kita, tidak kenal kita dan itu membuat kita naik turun antara kita senang, bangga, atau sedih dan kemudian kita merasa benar-benar gagal di dalam hidup. Kalau kita tidak kenal diri kita sendiri maka kita akan mencari approval dari luar dan medsos akan menjadi sarana untuk kita melihat apakah kita di-approved oleh orang luar atau tidak dan di situ kecelakaan daripada hidup kita.

  • Hal yang kedua adalah self-control (Penguasaan diri).

Self-control itu diperlukan pada zaman digital seperti ini. Zaman yang kuno kita memiliki rumah, rumah itu kemudian kita pagari dengan ketat supaya pencuri itu tidak masuk ke dalam. Zaman kuno orangtua memberikan satu peraturan yang ketat supaya anak-anak tidak keluar atau tidak pergi keluar tanpa ada sesuatu pemberitahuan atau membeli barang-barang di luar yang orangtua tidak tahu. Tetapi zaman sekarang pencuri itu tidak lagi di luar, pencuri itu ada di depan mata kita, di kamar kita, di laptop kita, di komputer kita, di handphone kita. Mereka akan mencuri waktu kita, mencuri hati kita, mereka akan mencuri pikiran kita dengan hal-hal yang sangat-sangat bahkan hina, dan sangat-sangat najis ada di depan daripada handphone kita, dan itu 24 jam. Nah saudara-saudara, apakah pikiran kita mau tercuri, hati kita mau tercuri, waktu kita mau diambil atau tidak itu tergantung sekarang bukan oleh orangtua kita, bukan oleh guru kita, bukan oleh orang lain, tetapi oleh kita sendiri. Kita yang menentukan apakah kita itu mau menolak mereka atau tidak. Tetapi masalahnya adalah tidak banyak daripada kita memiliki self-control. 

Sebenarnya dua hal itu, pertama adalah mengenal identitas diri kita, kedua, memiliki self-control, dua-duanya adalah tanda dari maturity, daripada kedewasaan iman kristiani. Masalahnya adalah banyak daripada kita tidak bertumbuh, kita menjadi orang Kristen, kita aktif di gereja, tapi kita tidak bertumbuh di dalam Kristus. Kita tidak bertumbuh dan tidak ada pertumbuhan di dalam pengenalan akan Allah. Ini yang membuat kita tidak memiliki kuasa untuk mengontrol diri kita, dan kita tidak memiliki satu fondasi mengenal diri kita itu sebenarnya siapa di hadapan Allah yang melihat kita, bukan di hadapan manusia.

Renungan bagi Kaum Muda: Kesombongan

Kesombongan adalah dosa yang tertua di dunia, setan, Adam dan Hawa jatuh karenanya. Dalam Yakobus 4:6 Tuhan menentang orang yang sombong, karena kesombongan adalah deklarasi pemberontakan kepada Tuhan dan akar dari dosa – dosa yang lain.

Namun anehnya, walaupun kesombongan adalah dosa yang sangat berbahaya, tidak banyak di antara kita yang menyadari dosa ini ada di dalam diri kita, atau walaupun kita menyadarinya, kita tidak memprioritaskannya dalam peperangan terhadap dosa, karena hal ini tidak selalu kasat mata, dan kita terlatih untuk menutupinya.

Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, kita sering melihat selumbar di mata saudara kita, tapi tidak menyadari balok yang ada di mata kita. Kesombongan membuat kita selalu melihat kesalahan orang lain, memandang rendah dan menghakimi dosa orang lain, tapi kita buta akan dosa dan kelemahan kita sendiri. Pujian orang lain terdengar seperti musik yang begitu indah di telinga kita. Kita mau orang lain mengagumi apa yang kita miliki, mulai dari gadget, pakaian, postingan di media sosial dan bukan itu saja, kita mau orang lain memuji apa yang kita lakukan dan katakan.

Kita haus perhatian dan penghormatan dari orang lain, maka dari itu kita pamer di social media, tentang kekayaan, kepintaran dan kesuksesan kita. Kita lebih suka bergaul dengan orang-orang yang kita anggap lebih layak dibanding yang lain, mungkin karena mereka lebih populer, lebih dihormati, lebih kaya, atau lebih punya koneksi.

Ini semua karena kita berusaha mencari pengakuan dari manusia dan bukan dari Tuhan.

Nah, bagaimana kita dapat melawan dan menghindar dari bahaya kesombongan?
Firman Tuhan mengatakan milikilah kerendahan hati. Di dalam 1 Petrus 5:5 dikatakan kita sebagai pemuda harus tunduk kepada orang yang lebih tua dan rendah hati seorang terhadap yang lain. Rendah hati berarti tidak menjadikan diri kita sebagai pusat, tetapi mengikuti teladan Yesus Kristus, yang menjadikan Kehendak Allah Bapa sebagai prioritas di dalam hidup dan tidak menganggap diri lebih tinggi, lebih hebat atau lebih penting dari orang lain. Yang penting bukanlah apa yang diri kita atau orang lain pikirkan tentang kita, tetapi apa yang Tuhan pikirkan tentang diri kita. Rendah hati adalah anugerah dari Tuhan, oleh sebab itu, kenakan “kerendah-hatian” setiap hari, setiap saat, seumur hidup kita karena seperti yang dikatakan di dalam Yakobus 4:6, Tuhan mengasihi orang-orang yang rendah hati.

Oleh: PH

Quote of the day

Salib Kristus adalah rahasia kemenangan dari zaman ke zaman bagi gereja Tuhan yang sejati.

Stephen Tong