Narsis, So What?

 Yehezkiel 28:17

“Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu, Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”

Apa itu narsis? 

Kata narsis berasal dari dewa dalam mitologi Yunani bernama Narcissus, dia adalah seorang pemuda yang sangat rupawan sehingga banyak orang yang jatuh cinta kepadanya. Suatu hari Narcissus berjalan di hutan dan menemukan danau yang jernih sehingga dia bisa melihat bayangan wajahnya dengan jelas. Seketika itu juga dia jatuh cinta kepada bayangan tersebut. Dia tidak mampu untuk berhenti mengagumi ketampanannya sampai akhirnya dia mati karena kehausan dan kelaparan. Dari cerita itulah muncul istilah narsis yang sering kita pakai untuk menggambarkan seseorang yang sering menganggumi diri sendiri.

Saat ini istilah narsis seringkali dipandang enteng dan digunakan tanpa beban. Padahal orang yang disebut narsis mempunyai karakteristik kepribadian yang mencintai diri di atas segalanya dan hal ini tercermin dari perilaku seperti egois yang berlebihan, ingin selalu dipandang lebih tinggi, haus pujian orang lain dan terobsesi dengan kecantikan, ketampanan dan kesempurnaan fisik mereka.

Walaupun Narcissus hanyalah mitologi, dosa yang ditarik dari cerita hidupnya adalah sangat nyata. Begitu banyak manusia di dunia terjerumus ke dalam dosa cinta diri ini. Apalagi dengan makin maraknya media sosial di internet istilah seperti “selfie” dan “wefie” muncul seiring dengan betapa dunia menerima dosa ini sebagai hal yang biasa dan normal.

Jadi seperti apa sih orang narsis? Contoh ciri-ciri orang narsis yang paling umum adalah:  

  • Terobsesi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekayaan, kecerdasan atau kesempurnaan fisik
  • Haus akan perhatian dan pujian dari orang lain setiap saat
  • Ingin diakui sebagai orang yang superior, walaupun tidak ada prestasi 
  • Melebih-lebihkan bakat dan prestasi
  • Kurang empati dan tidak peduli dengan perasaan serta kebutuhan orang lain
  • Cemburu terhadap orang lain yang lebih sukses dan beranggapan bahwa orang-orang cemburu kepada diri mereka

Dalam kehidupannya, orang narsis cenderung untuk mempunyai rasa percaya diri yang semu, mereka juga akan menjadi terlalu sensitif terhadap omongan atau kritik orang lain, mereka juga rentan untuk jatuh dalam depresi ketika mereka merasa bahwa mereka tidak mendapatkan pujian yang diharapkan.

Apa kata Alkitab tentang narsis? 

Mungkin kita tidak dapat menemukan kata narsis digunakan di dalam Alkitab tetapi Alkitab sering berbicara tentang perilaku yang sangat erat berhubungan dengan kata narsis, yaitu keegoisan dan kesombongan.

Tuhan dengan jelas berbicara di dalam Alkitab tentang bagaimana tingkah laku yang seharusnya kita jalankan sebagai anak Tuhan, dan narsis sangat berlawanan dengan keinginan Tuhan. Tuhan ingin agar kita tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia, kita harus rendah hati, menganggap orang lain lebih utama dari diri kita dan memberikan yang terbaik kepada orang lain bukan mencari keuntungan untuk diri sendiri. Di dalam narsisme, melekat dosa kesombongan yang sangat dibenci oleh Tuhan, Amsal 16:5 mengingatkan bahwa “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman”.

Hal yang terutama dan berbahaya dari dosa narsis ini adalah bahwa manusia telah mengangkat dan meletakkan posisi mereka menjadi lebih tinggi dan lebih penting dari Tuhan dan mereka menjadi budak dari gambar dan keagungan diri mereka sendiri.

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati dari pada membagi rampasan dengan orang congkak.” Amsal 16:18-19.

Jadi bagaimana cara kita melawan dosa narsis di dalam keseharian hidup kita?

Yang pertama adalah kita harus memindahkan pandangan dari diri kita sendiri, jangan sampai kita berakhir seperti Narcisuss yang tidak mampu untuk berhenti mengagumi bayangannya dan akhirnya binasa karenanya.

Senjata kedua adalah kerendahhatian. Ini adalah kunci dari perlawanan kita terhadap dosa narsis. Alkitab memberikan pengajaran yang jelas tentang bentuk nyata dari kerendahan hati. Kolose 3:12, Efesus 4:2 dan Mikha 6:8 mengajarkan kita sebagai orang-orang pilihan Allah harus hidup dengan rendah hati dihadapan Tuhan, kita juga harus selalu berbelas kasihan, murah hati, lemah lembut dan sabar, selalu menunjukkan kasih kita dalam hal saling membantu sesama.

Hal terakhir yang harus dilakukan untuk melawan sifat narsis adalah dengan selalu ingat bahwa segala kepunyaan kita adalah pemberian dan anugerah dari Tuhan secara cuma-cuma. Dan karena semuanya adalah anugerah, tidaklah pantas bagi kita untuk menyombongkan apapun yang kita miliki. Satu-satunya hal yang layak kita lakukan adalah menyatakan rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang telah dilimpahkan-Nya dalam keseharian hidup kita, Tuhan kita adalah Tuhan yang membuat dan memberikan nafas kehidupan kepada kita, Dia sangat murah hati,  menyediakan bagi kita makanan kita sehari-hari; memberikan kepada kita keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan. Tetapi anugerah yang terbesar yang telah dikaruniakan Tuhan adalah dengan memberikan keselamatan kepada kita melalui pengorbanan Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). 

Dengan terus melatih diri kita untuk selalu bersyukur atas segala kebaikan Tuhan, kita akan belajar untuk melihat dengan jelas bahwa bukanlah diri kita sumber dari segala sesuatu yang baik dalam hidup kita. Namun usaha kita itu semuanya akan sia-sia, jika kita melakukannya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Hanya dengan anugerah Tuhan dan dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan dapat melawan dan mengalahkan tipu daya narsis.

Hati Yang Kosong

Seberapa sering kita mendengar kata “bosan” keluar dari mulut anak-anak muda zaman sekarang, atau bahkan anak kecil? Manusia menjalankan rutinitas yang sama diulang setiap hari. Sekilas kata “bosan” terdengar biasa saja dan merupakan hal yang wajar dirasakan, tetapi ketika perasaan ini ada dalam diri seseorang dan dibiarkan begitu saja, maka dampaknya bisa sangat berbahaya. 

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi “kemampuan” untuk merasa bosan. Meskipun mungkin kita pernah melihat binatang yang terlihat bosan terkurung dalam kandangnya, tetapi sebenarnya tidak ada makhluk lain yang bisa merasakan kebosanan dari dalam diri atau sekitarnya selain manusia. Ini menjadi hal yang perlu dipikirkan karena kita percaya Tuhan tidak menciptakan sesuatu tanpa tujuan. Ketika manusia diberikan kapasitas untuk bisa merasa bosan, itu berarti Tuhan memiliki tujuan di baliknya.

Jika ada seseorang yang sedang sakit, kemudian menggunakan termometer untuk mengukur suhu badannya dan hasilnya menunjukkan 39 derajat, itu artinya dia terkena demam. Seperti itu juga rasa bosan sebenarnya bisa menjadi satu peringatan (warning) yang menunjukkan adanya kekosongan dalam hati kita. Rasa bosan hanyalah apa yang tampak di permukaan, tetapi akar masalahnya terletak jauh di dalam hati.

Perjalanan manusia untuk mencari

Manusia bukan makhluk yang bisa cukup dari dirinya sendiri, kita adalah makhluk yang mencari. Kita tidak bisa puas dengan apa yang ada di dalam diri kita saja. Ketika kita merasa sendiri dan kesepian, kita berusaha mencari teman-teman. Ketika dalam pekerjaan kita berada pada satu posisi, kita akan berusaha mencapai posisi yang lebih tinggi lagi. Dunia ini dan segala isinya selalu berubah dan manusia akan terus berusaha mengejar apa yang dunia tawarkan. Untuk sementara waktu mungkin semua pencapaian bisa menjadi kebanggaan besar dan orang di sekitar akan menilai kita sukses, tapi uniknya semakin dikejar dan semakin mendapat apa yang diinginkan, pada akhirnya manusia akan menemukan jiwanya tetap kosong.

Sama seperti sederetan mobil mewah terpajang dengan cat mengkilap tetapi tanpa bensin. Mobil itu hanya indah dilihat untuk sementara waktu, lama-kelamaan mobil mewah itu akan berkarat dan tidak berguna karena tidak ada bahan bakar di dalamnya untuk menggerakkannya. Dunia saat ini juga dipenuhi oleh orang-orang yang terlihat hebat dari luar, tetapi hatinya begitu kosong.

Lihatlah berapa banyak artis terkenal yang sudah mencapai puncak ketenarannya tapi berakhir dengan bunuh diri. Apa yang kurang dari hidup mereka? Uang, rumah besar, mobil mewah, jet pribadi, semua mereka miliki. Banyak orang yang bermimpi menjadi seperti mereka, bahkan mungkin kita juga pernah membayangkan betapa enaknya menjadi artis-artis itu, hidup tanpa kekurangan materi, dikelilingi banyak teman dan dipuja ribuan, bahkan jutaan penggemar. Tapi lihatlah kenyataan yang ada, mereka memilih untuk mengakhiri hidup dan tidak menikmati semuanya lagi. Hidup yang begitu hampa di tengah limpahnya harta. 

Desain yang rusak

Ketika Tuhan menciptakan manusia pertama dalam dunia, Tuhan memerintahkan manusia untuk menaklukkan dunia. Itu berarti dunia dicipta untuk manusia, bukan sebaliknya, tetapi dosa merusak seluruh tatanan dan desain awal penciptaan. Manusia tidak lagi tunduk pada Tuhan, melainkan pada dunia. Dosa membuat arah hati kita berbalik dari Tuhan sehingga kita tidak lagi bisa melihat Tuhan sebagai yang paling indah dan mulia. Mata kita tertutup oleh tipuan si penguasa dunia. Ya, setan berusaha menampilkan dosa di depan mata kita dengan bungkusan rapi dan hiasan-hiasan indah supaya kita tertarik dan akhirnya terjerat di dalamnya. Tapi pada hakekatnya dosa tetaplah dosa, ujungnya adalah maut.

Ketika ular memperlihatkan kepada Hawa betapa baik buah itu untuk dimakan, buah yang Tuhan sendiri perintahkan jangan dimakan, apakah kita bisa berkata, “Tidak apa lah, kan hanya buah saja?” Tidak, itu dosa! Itu bentuk perlawanan langsung manusia ciptaan terhadap Tuhan, Sang Pencipta. Tujuan setan adalah merusak rencana Tuhan. Setan mau membuat manusia tidak lagi melihat seluruh kebaikan Tuhan dan strateginya berhasil dengan menampilkan buah yang sedap dilihat. Akhirnya, manusia tergoda dan memilih apa yang dianggapnya baik. 

Dasar yang salah

Strategi setan tidak berubah dari dulu sampai sekarang, motivasinya pun tetap sama. Dia adalah penipu. Yang ditawarkan di hadapan kita bukan sesuatu yang terlihat buruk dan menakutkan, semuanya akan terlihat menarik dan pasti kita sukai. Itu yang terjadi saat ini ketika manusia mencari dan mengejar apa yang terlihat sangat menjanjikan, dengan harapan semua itu dapat memberi kepuasan dan makna dalam hidup. Manusia membangun pengharapan besar terhadap sesuatu yang sifatnya sementara dan dapat berubah. Bagaikan mendirikan rumah di atas fondasi pasir, tinggal tunggu waktu maka semua akan runtuh. Pengharapan yang dibangun di atas dasar yang salah hanya akan berujung pada kekecewaan. 

Manusia begitu rapuh. Hari ini kita kuat, besok kita lemah. Hari ini kita bisa mengambil keputusan, besok kita terombang-ambing. Hari ini kaya, besok kita bisa jatuh miskin. Semua ini diizinkan Tuhan untuk mengingatkan umat manusia kalau tidak ada yang bisa dijadikan pegangan di dalam dunia ini. Setiap kesulitan dan penderitaan yang kita alami menyadarkan kita pentingnya bergantung pada Tuhan. 

Manusia dicipta bagi Tuhan

Pengharapan kita harus didasarkan pada Tuhan saja karena Dia adalah Allah yang kekal. Setiap manusia dicipta juga diberikan jejak yang sama di dalam dirinya. Tuhan menaruh kekekalan dalam hati manusia. Sebesar apapun usaha yang dilakukan, bahkan sampai memasukkan seluruh dunia ke dalam hati, tidak akan membuat kita tenang dan puas karena ada sesuatu di dalam diri manusia yang tidak dapat dipuaskan oleh apapun dari dunia ini. Manusia dicipta untuk maksud yang lebih mulia, maka hanya apa yang bernilai kekal yang dapat memenuhkan tempat yang kosong dalam hati kita.

Seorang bapak gereja di abad ke-4, Augustine, mengatakan satu kalimat yang tepat, “Tuhan menciptakan manusia untuk diri-Nya sendiri dan hati manusia tidak akan tenang sampai menemukan peristirahatan di dalam Dia.” Kita dicipta oleh Tuhan dan bagi Tuhan saja, maka hati kita tidak akan mendapat istirahat yang tenang di luar Tuhan. Suka atau tidak, ini adalah kebenaran.

Tuhan menciptakan manusia untuk diri-Nya sendiri dan hati manusia tidak akan tenang sampai menemukan peristirahatan di dalam Dia
-Augustine of Hippo

Mendapatkan istirahat dalam Tuhan

Firman Tuhan menyatakan dalam Ibrani 13:8, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Bukankah ini seharusnya menjadi penghiburan bagi setiap manusia yang mencari dan berharap? Pribadi-Nya tidak berubah. Janji-Nya tidak berubah. Kesetiaan-Nya tidak berubah. Cinta-Nya tidak pernah berubah. Cinta yang tertinggi dan terbesar yang mungkin manusia terima adalah cinta yang diberikan oleh Bapa sendiri melalui Kristus. Cinta-Nya bagi kita tidak akan berkurang dan juga tidak bisa bertambah, karena cinta-Nya sempurna. Tidak ada yang bisa lebih baik lagi diberikan dari apa yang sudah sempurna.

Saat kita bisa merasa hidup ini sangat membosankan dan hati begitu kosong, mungkin ini adalah satu peringatan untuk kita berhenti sejenak dari seluruh aktivitas dan kembali kepada Tuhan. Memohon belas kasihan-Nya dan datang kepada-Nya dengan lutut dan doa. Berbahagialah orang di tengah dunia yang selalu berubah, bisa menapakkan kakinya pada dasar yang kokoh. Berbahagialah manusia jika hidup di tengah dunia yang sementara ini, bisa mencari dan mengejar yang bernilai kekal. Oh jiwa, kembalilah kepada Penciptamu dan tinggallah tenang di dalam-Nya, karena Dia tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya.

Oleh: ET

Image source: Unsplash

Sibuk

Sibuk?

Bekerja, mengurus rumah, pergi bersama teman-teman, pelayanan di gereja, waktu lembur di kantor, pergi berlibur, rentetan permintaan dan banyak hal lainnya membuat kita merasa letih dan kewalahan. Hidup di zaman seperti ini memaksa kita untuk bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Sungguh padat. Bisa dibilang bahwa kebutuhan, tanggung jawab dan ambisi kita jauh melebihi dari apa yang bisa tangani sehari-hari. Seakan-akan 24 jam satu hari itu tidak pernah cukup.

Sadar atau tidak, ada bahaya besar yang akan menyerang kehidupan kita yang begitu padat dan sibuk. Apakah yang akan terserang? Kehidupan rohani kita sedang dalam bahaya. Saat keseharian menjadi terlalu sibuk, yang terancam rusak dan hancur adalah jiwa kita sendiri. 

Kesibukan membuat manusia cenderung mudah untuk merasa tidak tenang, tidak sabar dan cepat untuk menjadi marah karena hal-hal kecil. 

Bagaimana dengan dinamika rohani? Manusia di dalam relasinya dengan Allah cenderung melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan dan tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan untuk Tuhan. 

Sebagai orang Kristen kita harus mengerti bahwa kehidupan yang terlalu sibuk dengan hal-hal yang tidak terlalu penting, sebagian besar disebabkan oleh diri kita sendiri yang terlalu sering berkata ya kepada banyak hal untuk kita lakukan. Kenapa terlalu sering berkata ya kepada banyak orang untuk melakukan ini dan itu? Dua alasan, yang pertama karena takut merasa ditolak oleh orang lain dan yang kedua adalah karena ingin orang lain untuk menyukai diri kita. Terlalu banyak hal-hal duniawi yang menyita banyak waktu kita dan membuat kita merasa sudah menjalani hidup yang produktif padahal sebenarnya pelahan-lahan kita kehilangan esensi dari tujuan yang Tuhan sudah tetapkan terjadi dalam hidup ini. 

Kesibukan juga dapat memunculkan satu kecenderungan untuk menjadi sombong dan terlalu percaya diri kepada kemampuan pribadi, bahkan ingin untuk membuktikan pada diri sendiri kalau kita sanggup. Coba jawab dua pertanyaan berikut ini untuk melihat apakah kita adalah orang yang sombong. 

Apakah saya mencoba untuk berbuat baik? Atau saya mencoba untuk membuat diri saya terlihat baik?

Lawan dari pada kesibukan yang berlebih bukanlah kemalasan tetapi mematikan kesombongan, menerima keterbatasan kita dan percaya kepada penyediaan Allah.

Mari sama-sama pikirkan, apakah yang sebenarnya Tuhan harapkan untuk kita lakukan dalam hidup yang hanya satu kali ini?

Untuk sebagian orang, kesempatan yang datang kepada mereka sering dilihat sebagai suatu keharusan. Berkata iya untuk melakukan hal ini, berkata iya untuk melakukan hal itu. Padahal mungkin hal-hal tersebut di luar dari kemampuan kita. Ujung-ujungnya kita malah sibuk dengan hal-hal yang Tuhan tidak minta untuk dilakukan. Seperti kehidupan Tuhan Yesus saat dia menjadi manusia, Dia tidak mencoba untuk melakukan semua hal, tapi Dia melakukan semua kehendak Bapa di surga. Tuhan Yesus mengerti prioritas-Nya dan dengan setia melakukannya. 

Dia dengan tegas, fokus kepada misi-Nya di dunia ini dan tidak terganggung oleh hal-hal kecil.

Jika seseorang sudah benar-benar men-Tuhankan Kristus dalam hidupnya, orang tersebut akan mengerti, hal-hal apa yang Tuhan ingin untuk dia lakukan. Kalau kita tidak peka terhadap hal ini maka kita dia akan bisa melayani Dia secara efektif. 

Jadilah seperti Maria, bukan Marta. Dalam Lukas 10:38-42, Tuhan Yesus memberikan satu nasihat tentang fokus dalam hidup ini. Pada ayat 42, Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya. Persekutuan dengan Allah dalam firman dan doa adalah hal yang harus terus manusia kejar karena ini adalah anugrah rohani yang paling besar. Apakah kesibukan sehari-hari telah menggeser hal yang paling berharga dalam hidup kita? Kristus adalah satu-satunya sumber kelegaan yang sejati untuk beban dari setiap kesibukan hidup kita (Matius 11:28).

Jika saat ini kita merasa letih dan sangat sibuk, satu hal yang memberikan kesegaran bagi kehidupan kerohanian kita adalah ketaatan di dalam firman-Nya dan diam tenang di bawah kaki-Nya dalam doa. Kristus adalah satu-satunya yang kuat untuk menarik kita dari kesibukan-kesibukan hidup yang secara bertahap mengeringkan jiwa ini.

Persekutuan dengan Allah dalam firman dan doa adalah hal yang harus terus manusia kejar karena ini adalah anugrah rohani yang paling besar.

Bagaimana kita mengetahui pertobatan yang sejati?

"Pak, bagaimana kita tahu bahwa pertobatan kita adalah satu pertobatan yang sejati?"

Ini adalah pertanyaan yang penting karena banyak daripada kita itu salah mengerti. Kita pikir orang yang ada di dalam gereja adalah orang yang bertobat sejati. Kita pikir bahwa orang kalau mengatakan aku sudah terima Yesus Kristus, aku sudah lahir baru, maka itu adalah satu pertobatan yang sejati.

Nah, Saudara-saudara, pertobatan yang sejati atau tidak sebenarnya secara paling dasar tergantung dari satu kata ini: Apakah dia bertumbuh atau tidak? Seperti pohon itu ada pohon yang palsu dan pohon yang asli. Pohon yang palsu tandanya apa? Bedanya apa dengan pohon yang asli? Jawabannya adalah yang satu bertumbuh, yang satu tidak bertumbuh. Yang satu bertumbuh lalu kemudian akan menghasilkan buah, yang satu tidak bertumbuh.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa tahu tanda-tanda apa pertumbuhan itu? Maka banyak orang mengatakan, “Oh, tanda pertumbuhan itu adalah orang itu adalah orang yang pergi ke gereja, orang yang melayani, orang yang menjadi pemimpin KTB. Benar, Saudara-saudara, itu bisa menjadi satu dari tanda pertumbuhan, tetapi itu pun harus dilihat lagi di dalamnya.

Pertobatan yang sejati atau tidak sebenarnya secara paling dasar tergantung dari satu kata ini:Apakah dia bertumbuh atau tidak?

Saya akan memberikan sesuatu yang sangat sederhana untuk membuat kita, apakah kita itu bertumbuh, kita itu memiliki iman yang sejati. Maka hal yang pertama adalah apakah ada kerinduan yang dalam untuk mengenal firman. Apakah ada kerinduan yang dalam untuk membaca firman. Suatu hari ada seseorang yang mengatakan kepada saya, “Pak Agus, sekarang saya worry sekali karena anak saya di Amerika sekarang itu sudah mulai jauh dari Tuhan. Dan kenapa, ya, Pak, ya? Dulu di gereja di Indonesia dia begitu aktif, dia ikut remaja, dia ikut pelayanan, dia pianis daripada gereja, lalu kemudian sampai di Amerika itu kemudian dia menjadi orang yang bahkan malas pergi ke gereja. Apakah betul negara itu begitu banyak daripada temptation-nya, begitu banyak orang yang jahat yang berusaha untuk mengeluarkan dia dari gereja?”

Saya katakan, “Mungkin saja, tetapi ada satu hal yang saya mau tanya terlebih dahulu, dari mana Ibu bisa tahu bahwa anak ibu adalah orang yang sungguh-sungguh lahir baru pada waktu dia ada di gereja di Indonesia?” Dan dia sangat tercengang dan kemudian dia mengatakan, “Pasti dia lahir baru.” “Darimana Anda bisa tahu?” Lalu kemudian dia mengatakan, “Dia pergi ke gereja, dia mendengarkan khotbah dengan baik, dia ikut paduan suara, dia melayani.”

Saya tanya kepada dia, “Apakah Ibu lihat di dalam kehidupannya di rumah, ketika dia sendirian, dia mencari wajah Allah? Dia merindukan untuk mengerti firman? Dia membaca Alkitabnya itu rajin, tanpa disuruh, kerena ingin untuk mengenal pribadi Allah melalui firman Tuhan?” Dan ibu itu baru sadar. Tidak. Tidak. Saudara-saudara, Saudara pergi ke gereja, Saudara pelayanan, Saudara aktif sekali pun bukan menjadi tanda sejati Saudara adalah orang bertobat.

Tanda kesejatian dari pertobatan yang sejati adalah orang itu dari mati rohani menjadi hidup, dan hidup itu artinya adalah dia yang tadinya tidak peduli tentang Allah, dia sekarang memiliki satu ketertarikan yang dalam, dia ingin mengenal pribadi Allah, dan itu adalah melalui firman-Nya. Dan hal yang lain setelah itu maka dia ingin hidup untuk menyenangkan Allah, dia makin menyadari bahwa Allah itu mengasihi dia, dia makin menyadari bahwa Allah itu memiliki rencana dalam hidupnya, maka dia ingin hidup untuk menyenangkan Allah. Dia ingin menjaga kesucian bukan karena dihukum, tetapi karena tidak ingin melukai hati Allah. Dia taat bukan karena takut hukuman, tapi karena dia tahu ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepada dia, dan di dalam hatinya tiada kebahagiaan selain dia bisa taat kepada Tuhan. Dan makin hari makin dia bertumbuh makin bisa memfokuskan seluruh hidupnya hidup bagi Allah saja. Dan itu adalah tanda daripada pertobatan yang sejati di dalam Kristus. 

Tanda kesejatian dari pertobatan yang sejati adalah orang itu dari mati rohani menjadi hidup, dan hidup itu artinya adalah dia yang tadinya tidak peduli tentang Allah, dia sekarang memiliki satu ketertarikan yang dalam, dia ingin mengenal pribadi Allah, dan itu adalah melalui firman-Nya.

Quote of the day

Kita tidak akan pernah dibungkus dengan kebenaran Kristus kecuali kita pertama-tama tahu dengan pasti bahwa kita tidak memiliki kebenaran sendiri.

John Calvin