Yehezkiel 28:17
“Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu, Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”
Apa itu narsis?
Kata narsis berasal dari dewa dalam mitologi Yunani bernama Narcissus, dia adalah seorang pemuda yang sangat rupawan sehingga banyak orang yang jatuh cinta kepadanya. Suatu hari Narcissus berjalan di hutan dan menemukan danau yang jernih sehingga dia bisa melihat bayangan wajahnya dengan jelas. Seketika itu juga dia jatuh cinta kepada bayangan tersebut. Dia tidak mampu untuk berhenti mengagumi ketampanannya sampai akhirnya dia mati karena kehausan dan kelaparan. Dari cerita itulah muncul istilah narsis yang sering kita pakai untuk menggambarkan seseorang yang sering menganggumi diri sendiri.
Saat ini istilah narsis seringkali dipandang enteng dan digunakan tanpa beban. Padahal orang yang disebut narsis mempunyai karakteristik kepribadian yang mencintai diri di atas segalanya dan hal ini tercermin dari perilaku seperti egois yang berlebihan, ingin selalu dipandang lebih tinggi, haus pujian orang lain dan terobsesi dengan kecantikan, ketampanan dan kesempurnaan fisik mereka.
Walaupun Narcissus hanyalah mitologi, dosa yang ditarik dari cerita hidupnya adalah sangat nyata. Begitu banyak manusia di dunia terjerumus ke dalam dosa cinta diri ini. Apalagi dengan makin maraknya media sosial di internet istilah seperti “selfie” dan “wefie” muncul seiring dengan betapa dunia menerima dosa ini sebagai hal yang biasa dan normal.
Jadi seperti apa sih orang narsis? Contoh ciri-ciri orang narsis yang paling umum adalah:
- Terobsesi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekayaan, kecerdasan atau kesempurnaan fisik
- Haus akan perhatian dan pujian dari orang lain setiap saat
- Ingin diakui sebagai orang yang superior, walaupun tidak ada prestasi
- Melebih-lebihkan bakat dan prestasi
- Kurang empati dan tidak peduli dengan perasaan serta kebutuhan orang lain
- Cemburu terhadap orang lain yang lebih sukses dan beranggapan bahwa orang-orang cemburu kepada diri mereka
Dalam kehidupannya, orang narsis cenderung untuk mempunyai rasa percaya diri yang semu, mereka juga akan menjadi terlalu sensitif terhadap omongan atau kritik orang lain, mereka juga rentan untuk jatuh dalam depresi ketika mereka merasa bahwa mereka tidak mendapatkan pujian yang diharapkan.
Apa kata Alkitab tentang narsis?
Mungkin kita tidak dapat menemukan kata narsis digunakan di dalam Alkitab tetapi Alkitab sering berbicara tentang perilaku yang sangat erat berhubungan dengan kata narsis, yaitu keegoisan dan kesombongan.
Tuhan dengan jelas berbicara di dalam Alkitab tentang bagaimana tingkah laku yang seharusnya kita jalankan sebagai anak Tuhan, dan narsis sangat berlawanan dengan keinginan Tuhan. Tuhan ingin agar kita tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia, kita harus rendah hati, menganggap orang lain lebih utama dari diri kita dan memberikan yang terbaik kepada orang lain bukan mencari keuntungan untuk diri sendiri. Di dalam narsisme, melekat dosa kesombongan yang sangat dibenci oleh Tuhan, Amsal 16:5 mengingatkan bahwa “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman”.
Hal yang terutama dan berbahaya dari dosa narsis ini adalah bahwa manusia telah mengangkat dan meletakkan posisi mereka menjadi lebih tinggi dan lebih penting dari Tuhan dan mereka menjadi budak dari gambar dan keagungan diri mereka sendiri.
“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati dari pada membagi rampasan dengan orang congkak.” Amsal 16:18-19.
Jadi bagaimana cara kita melawan dosa narsis di dalam keseharian hidup kita?
Yang pertama adalah kita harus memindahkan pandangan dari diri kita sendiri, jangan sampai kita berakhir seperti Narcisuss yang tidak mampu untuk berhenti mengagumi bayangannya dan akhirnya binasa karenanya.
Senjata kedua adalah kerendahhatian. Ini adalah kunci dari perlawanan kita terhadap dosa narsis. Alkitab memberikan pengajaran yang jelas tentang bentuk nyata dari kerendahan hati. Kolose 3:12, Efesus 4:2 dan Mikha 6:8 mengajarkan kita sebagai orang-orang pilihan Allah harus hidup dengan rendah hati dihadapan Tuhan, kita juga harus selalu berbelas kasihan, murah hati, lemah lembut dan sabar, selalu menunjukkan kasih kita dalam hal saling membantu sesama.
Hal terakhir yang harus dilakukan untuk melawan sifat narsis adalah dengan selalu ingat bahwa segala kepunyaan kita adalah pemberian dan anugerah dari Tuhan secara cuma-cuma. Dan karena semuanya adalah anugerah, tidaklah pantas bagi kita untuk menyombongkan apapun yang kita miliki. Satu-satunya hal yang layak kita lakukan adalah menyatakan rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang telah dilimpahkan-Nya dalam keseharian hidup kita, Tuhan kita adalah Tuhan yang membuat dan memberikan nafas kehidupan kepada kita, Dia sangat murah hati, menyediakan bagi kita makanan kita sehari-hari; memberikan kepada kita keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan. Tetapi anugerah yang terbesar yang telah dikaruniakan Tuhan adalah dengan memberikan keselamatan kepada kita melalui pengorbanan Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Dengan terus melatih diri kita untuk selalu bersyukur atas segala kebaikan Tuhan, kita akan belajar untuk melihat dengan jelas bahwa bukanlah diri kita sumber dari segala sesuatu yang baik dalam hidup kita. Namun usaha kita itu semuanya akan sia-sia, jika kita melakukannya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Hanya dengan anugerah Tuhan dan dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan dapat melawan dan mengalahkan tipu daya narsis.