Helen: Hi rekan-rekan Pelita. Selamat bergabung kembali dengan podcast ngobrol bareng Pelita bersama saya Helen. Kali ini kita akan ngobrol bareng dengan Vikaris Sariwati.
Selamat datang Ibu Sari.
Ibu Sari: Hallo Helen, apa kabar?
Helen: Baik, Bu ini banyak banget pertanyaan-pertanyaan, yang kita pingin tanyain ke Ibu Sari, jadi Ibu jangan bosan-bosan ya kita undang ke podcast kita. Bu, kali ini kita mau ngobrol bareng tentang satu tema yaitu suara hati, atau self-talk. Nah kita kan sering dengar, orang bilang, “Suara hati saya bilang saya ga bisa.” Atau suara hati bilang, “Iihh..kok orang ini nyebelin banget sih.” Atau malah tiba-tiba suara hati bilang, ”Eh tadi kompor udah dimatiin belum ya?”
Nah..pokoknya hampir setiap saat ada suara hati kita aktif gitu. Kecuali mungkin pas tidur kali ya ibu Sari. Nah self-talk itu apa sih Bu Sari ?
Ibu Sari: Iya Helen, ini satu pemikiran yang baik sekali. Maksudnya ini sesuatu yang perlu kita renungkan. Nah self-talk itu bisa juga dimengerti sebagai suara hati dan itu adalah satu kemampuan yang Tuhan berikan pada manusia, sebagai bagian dari proses berpikir. Dan bisa dimengerti juga sebagai suara dialog di dalam hati.
Jadi ada proses berpikir dalam kalimat-kalimat, yaitu diri berbicara dengan diri sendiri, dan ini menarik sekali ya. Dan self-talk ini adalah biasanya juga berisi tadi pikiran dan kalimat-kalimat yang muncul, dan juga sebagai satu pertimbangan sebelum atau kalimat-kalimat di dalam diri seseorang, sebelum dia keluar menjadi kalimat melalui bibirnya dia. Dan biasanya self-talk ini juga sebagai respon pada lingkungan yang tadi Helen kasih contoh ya. Ketika teringat sesuatu, “oh..uda dimatiin belum kompor?” “Oh kenapa orang itu pake baju itu?” Dan sebenarnya dalam satu hari, kalau kita boleh perhatikan pada diri kita sendiri, ada ribuan bahkan jutaan kata yang muncul tuh dalam pikiran kita. Sehingga melalui self-talk ini kalo kita mau amati, kita bisa mengenal siapa diri kita sendiri, bagaimana kita berpikir melalui self-talk ini.
Helen: Ok, jadi self-talk itu proses bicara sama diri sendiri, ya bu ya. Kalau gitu apa sih signifikansi self-talk?
Ibu Sari: Iya, jadi self-talk ini ada dalam diri. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Tuhan, yang Tuhan berikan dimana manusia diciptakandi dalam gambar dan rupa Allah dan ini adalah satu kemampuan yang Tuhan berikan di dalam diri manusia untuk berpikir. Proses berpikir ini ada di dalam bentuk perkataan-perkataan dalam diri seseorang. Ciptaan lain tidak ada, tidak punya kemampuan ini. Jadi kemampuan ini Tuhan berikan untuk memikirkan, bukan saja apa yang ada di dunia ini, namun juga merenungkan dan memikirkan hal-hal yang kekal yang Tuhan mau. Manusia memakai akal budi ini untuk berelasi juga dengan Tuhan.
Helen: Jadi signifikan sekali ya bu.
Ibu Sari: Ya iya..sangat signifikan juga, dan self-talk ini juga sebenarnya juga ya Helen, itu boleh diamati untuk boleh mengenali pribadi seseorang itu sehat atau tidak sehat. Maksudnya begini, seseorang yang sehat pribadinya maka self-talk yang ada di dalam diri dia itu adalah berkaitan dengan realita kehidupan yang dia hadapi. Misalnya, seorang anak yang sedang konflik dengan orang tua, ketika itu terjadi maka anak ini akan memakai proses berpikir dan dialog di dalam dirinya itu untuk memikirkan atau memproses apa sih sebenarnya terjadi? Kenapa saya konflik dengan orang tua saya? Kenapa orang tua saya marah ? Dan bagaimana solusi ini bisa dipikirkan?
Tapi kalau pribadi anak ini tidak sehat, maka anak ini akan menolak secara tidak sadar bahwa itu menjadi masalah dia; dia akan berandai-andai. Andainya, seandainya saya punya orang tua lebih baik, seandainya saya mempunyai orang tua mengerti, seandainya orang tua saya seperti orang tua teman saya. Jadi, tidak berkaitan dengan realita yang dia hadapi, seperti itu. Jadi melalui self-talk ini juga, kita bisa melihat kepribadian seseorang itu sehat atau tidak. Kalau dia sehat, dia akan mampu menghadapi realitas yang ada dan memproses apa yang dialami dalam self-talk. Tetapi kalau tidak sehat, maka self-talk itu akan lebih mengarah kepada suatu fantasi, dan menghindari dari realita hidup.
Jadi pribadi itu akan sulit sekali bertumbuh karena menolak untuk dealing atau menyingkapi realita yang ada. Selalu berpikir berandai-andai. Begitu ya, saya lanjut kan ya. Self-talk ini juga bisa dilihat sebagai satu wadah dimana orang itu menjadi unsur pembentukan karakter pribadi, maksudnya apa? Maksudnya adalah ketika seseorang mengalami satu kesulitan dalam hidup dia, tantangan-tantangan yang ada, Nah kalimat-kalimat apa yang dia katakan kepada dirinya sendiri? Apakah itu kalimat yang berisi sesuatu hal yang positif? Artinya mendorong dia untuk berjuang atau kalimat yang sangat membuat dirinya pesimis. Itu akan mempengaruhi pembentukan karakter pribadi seseorang.
Misalnya di dalam satu Seminar Krisis Masa Muda dan Pembentukan Karakter oleh Pdt. Stephen Tong. Jadi kalau saudara ada di YouTube itu yang bagian ke 15 maka self-talk ini mempengaruhi pembentukan karakter. Saya kutip Pak Tong mengatakan di dalam seminar itu : Ini kalimat penting ya! Waktu kamu mengalami sesuatu lalu kamu bicara pada dirimu sendiri, apa yang kau bicarakan pada dirimu sendiri (ini adalah self-talk), sangat mempengaruhi pembentukan karaktermu di dalam proses hidupmu selanjutnya. Jadi ini sesuatu yang perlu dipikirkan, perlu dicermati. Sebaliknya kalau seorang yang tidak sehat, maka dia isi self-talk itu berisi self pity, selalu mengasihani diri sendiri diri dan selalu melihat hidup ini terlalu sulit. Jadi itu dua arah yang berbeda sekali.
Helen: Wah bu, kalau self-talk itu ada yang negatif dan positif? Apa self-talk itu bisa dikendalikan bu? Apakah kerohanian itu mempengaruhi self-talk seseorang?
Ibu Sari: Ya Helen. Jadi sebenarnya self-talk itu bukan dikendalikan seperti apa ya. Tetapi di dalam kehidupan rohani kita sebagai anak Tuhan itu ada satu proses yang dinamakan proses pengudusan. Nah di sinilah, Tuhan itu mau kita dikuduskan dalam semua aspek kehidupan kita, termasuk self-talk ini. Jadi di Roma 12:2 mengatakan bahwa: Perbaharuan akal budimu. Ini masuk ke sini, proses berpikir. Jadi self-talk ini juga perlu dikuduskan supaya self-talk, proses berpikir kita sebagai anak Tuhan itu boleh dipakai untuk merenungkan firman, juga berdoa kepada Tuhan dan memikirkan pekerjaan Tuhan di tengah dunia ini.
Pertanyaan selanjutnya apakah kerohanian mempengaruhi self-talk? Itu sangat-sangat mempengaruhi sekali. Jadi ada beberapa contoh di dalam Alkitab, self-talk ini dimengerti berkata di dalam hatinya. Jadi iman sebenarnya yang Tuhan anugerahkan di dalam diri kita itu juga bekerja di dalam self-talk. Jadi iman bekerja untuk misalnya dalam Matius 5:28, satu cerita peristiwa dimana seseorang perempuan yang sudah sakit pendarahan selama dua belas tahun. Dan di tengah kerumunan orang banyak, ketika Yesus mengajar di tengah orang-orang banyak, maka perempuan itu mengejar kesembuhan dari Tuhan dan di dalam hatinya dia berkata, “Asalku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Dan betul, ketika perempuan itu menjamah jubah Kristus, maka dia menjadi sembuh.
Jadi self-talk ini menjadi satu tempat di mana manusia itu boleh melatih imannya, memikirkan kebenaran firman Tuhan, merenungkannya dan memikirkan apa yang baik bagi Tuhan. Juga menarik sekali, dalam Yohanes 5:42, dituliskan disitu bahwa: Tuhan tahu di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih kepada Allah. Jadi Tuhan melihat apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan dalam self-talk kita. Sehingga kita perlu menyadari sebagai anak Tuhan, proses pengudusan yang kita alami atau kita jalani setelah kita menerima Kristus sebagai Juruselamat itu bukan sesuatu perubahan perilaku. Yang tadinya tidak ke gereja jadi pergi ke gereja, yang tadinya tidak melayani jadi melayani. Bukan itu! Tetapi pembaharuan itu Tuhan kerjakan, Roh kudus kerjakan dari dalam melalui dari dalam, self-talk ini sendiri.
Selanjutnya juga ternyata Alkitab juga mencatat bahwa di dalam Yohanes 13:2 itu dicatat seperti ini : Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot. Jadi jelas dalam bagian ini bahwa self-talk itu menjadi satu tempat dimana terjadi satu peperangan rohani. Jadi hal-hal yang jahat, si jahat itu juga bekerja memasukkan pikiran-pikiran yang jahat kepada anak-anak manusia. Sehingga di dalam self-talk itu kita menjadi satu tempat bergumul antara kita mau taat kepada kebenaran firman atau kita mengikuti hal-hal yang jahat di dalam diri kita, maupun bisikan dari luar. Begitu juga di dalam pergumulan sebagai anak Tuhan, apakah kita mau mengisi self-talk kita menjadi satu tempat kita merenungkan firman atau kita membiarkan self-talk kita terbuka untuk dunia memasukkan konsep-konsep dunia yang bertentangan dengan apa yang Tuhan ajarkan kepada kita.
Helen: Ok, pertanyaan terakhir Bu Sari. Positif self-talk itu sama ga sih sama positive thinking?
Ibu Sari: Sangat berbeda sekali ya Helen, karena positive thinking itu spiritnya adalah berusaha memikirkan hal-hal yang positif dari luar. Jadi berusaha memikirkan kalimat-kalimat yang baik, yang benar, supaya kita bisa, merubah self-talk yang negatif jadi positif, tetapi self-talk yang kita bicarakan disini adalah di dalam konteks pengudusan. Sehingga perubahan di dalam arah self-talk kepada hal kebenaran itu adalah karya Roh Kudus. Bukan cara manusia supaya orang itu berpikiran positif, maka hidupnya jadi lebih baik. Itu menjadi suatu perubahan mungkin bisa berhasil tetapi itu sementara sekali dan itu sangat superficial, jadi hanya di permukaan saja.
Tetapi apa yang Roh Kudus kerjakan, yaitu pembaharuan akal budi. Adalah satu perubahan di dalam isi self-talk, yang tadinya berisi secara alamiah adalah hal-hal yang berdosa, hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi Roh Kudus bertahta di dalam hati nurani manusia dan juga menguduskan self-talk itu dengan kebenaran Firman Tuhan. Dengan merenungkan janji Tuhan dan tentu saja di dalam ketaatan kita sebagai anak Tuhan, dan disitulah ada satu perubahan yang sejati dan permanen. Sehingga hidup manusia yang tadinya sia-sia di luar Kristus, akan menjadi hidup yang Tuhan pakai untuk menyatakan pekerjaan Tuhan dan kemuliaan Tuhan di tengah dunia ini.
Helen: Wah.. self-talk ini ternyata serius sekali ya bu ya. Karena ini adalah hal yang sangat tersembunyi di dalam diri seseorang dan kalau tidak diarahkan maka kita yang muda-muda ini pasti banyak jatuh dalam jebakan dosa. Nah.. Bu Sari, sebelum kita akhiri ngobrol bareng Pelita kita kali ini apa ada hal yang Ibu Sari sampaikan ke rekan-rekan Pelita di rumah ?
Ibu Sari: Ya Helen, self-talk ini sangat penting sekali untuk kita sadari karena kalau tidak itu akan berbahaya sekali. Tanpa sadar sebenarnya, yang tadi saya katakan bahwa si jahat juga bisa memasukkan atau membisikkan pikiran-pikiran yang membawa kita jatuh di dalam dosa, begitu. Jadi perlu diingat bahwa Tuhan itu mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia. Di Yohanes 2:25 dituliskan : Karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya, kepada Tuhan tentang manusia, sebab Tuhan tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Mengapa ini penting sekali? karena seringkali kita berpikir dan tertipu oleh pikiran itu sendiri. Bahwa karena ini tersembunyi, maka kita pikir orang lain ga tau, dan akhirnya Tuhan juga gak tau apa yang kita pikir, padahal itu tidak benar, begitu ya.
Jadi berlatihlah dari sekarang, dengan sengaja begitu! Mengamati self-talk yang ada dalam diri saudara, Apakah self-talk itu sehat atau tidak sehat ? Ataukah self-talk itu berisi sesuatu yang membawa kita makin mendekat kepada Tuhan, atau self-talk kita berisi hal-hal yang sebenarnya menjatuhkan diri kita sendiri, berisi keluhan, berisi hal-hal yang self pity misalnya. Lalu sebenarnya Tuhan itu senang sekali kepada anak-anak-Nya yang minta Dia membimbing. Jadi mintalah Tuhan membimbing saudara secara pribadi, untuk berani jujur mengenali, dan mengakui apa yang ada dalam self-talk kita, dan berbalik arah kepada-Nya. Dan isilah self-talk dengan membaca firman Tuhan setiap hari. Mengingat, memikirkan, merenungkan firman Tuhan dan berbicara kepada Tuhan dalam setiap kondisi hati kita. Jadi itu menjadi satu perjalanan Rohani kita bersama Tuhan, setiap saat kita berdoa di dalam self-talk kita kepada Tuhan.