Pengusaha Kehidupan, Pelayan Kristus, dan Penyeru Kebenaran (2)

Pengusaha Kehidupan, Pelayan Kristus, dan Penyeru Kebenaran (2)

Panggilan dan Talenta

Lantas apa hubungannya antara seluruh narasi besar penciptaan-kejatuhan-penebusan-penyempurnaan dalam jabatan raja, imam, dan nabi yang telah dijelaskan di atas, dengan orang Kristen yang sedang menghidupi panggilan Allah dalam profesi yang ditekuninya? Ketika Kristus memanggil seseorang: “Ikutlah Aku,” 2 kata yang mengubah dunia menurut Os Guinness, maka orang Kristen yang merespons panggilan tersebut memiliki 2 panggilan dalam hidupnya, panggilan umum untuk melakukan Mandat Injil, memberitakan kabar baik kepada seluruh bangsa, dan panggilan khusus menjalankan Mandat Budaya, sesuai dengan talenta yang telah Tuhan berikan kepada tiap anak-Nya.

Dalam perumpamaan tentang talenta di Matius 25:14-30, Yesus dengan jelas memberikan pedoman bagi orang Kristen untuk mengembangkan setiap talenta yang dipercayakan. Setiap talenta yang dititipkan sangatlah berharga. Satu talenta setara dengan gaji 6.000 hari kerja, sekitar 16 tahun jika Sabtu dan Minggu juga dihitung sebagai hari kerja. Sangatlah wajar apabila Tuan yang memiliki talenta meminta pertanggungjawaban hamba-hambanya ketika ia datang kembali. Perumpamaan tentang talenta bisa dipandang sebagai respons orang Kristen dalam berjaga-jaga menyambut kedatangan Kristus yang kedua, ketika penghakiman terakhir datang, masa dimana tiap-tiap orang harus mempertanggungjawabkan respons mereka di hadapan Kristus yang bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya.

Perumpamaan tentang talenta bisa dipandang sebagai respons orang Kristen dalam berjaga-jaga menyambut kedatangan Kristus yang kedua, ketika penghakiman terakhir datang, masa dimana tiap-tiap orang harus mempertanggungjawabkan respons mereka di hadapan Kristus yang bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya

Panggilan sebagai Raja: Pengusaha Kehidupan

Panggilan Kristus agar hamba-Nya mengembangkan talenta merupakan panggilan seperti seorang pengusaha. Tuan sedang pergi dan para hamba dipercayakan untuk menjalankan usaha miliknya. Tidak ada perintah detail bagaimana uang modal usaha itu harus dikelola, tidak ada supervisi tiap saat yang dilakukan Tuan dalam mengawasi kinerja hamba-Nya, dan tidak ada manajemen mikro yang ditunjukkan Tuan dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan. Cuma ada satu pesan “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Luk. 19:13). Oleh karena itu, diperlukan mental pengusaha untuk menjalankan perintah ini, tidak bisa dengan mental pegawai. Pengusaha berani bayar harga dan mengambil resiko, sedangkan pegawai menunggu perintah dari tuannya dan bermain aman. Hamba yang dipercayakan 5 dan 2 talenta memiliki mental pengusaha, mau mengambil resiko dengan menjalankan modal usaha yang dipercayakan. Bukan tidak mungkin mereka akan mengalami kerugian ketika menjalankan usaha, namun mereka menjalankan dengan sungguh-sungguh dan kemudian menghasilkan laba sesuai dengan jumlah modal usaha yang diberikan. Hamba yang dipercayakan 1 talenta memiliki mental pegawai, bermain aman dengan menguburnya dalam tanah, takut karena tidak ada kejelasan perintah detail tentang cara menjalankan usaha tanpa resiko, padahal dia bisa saja mempercayakan pengelolaan talenta kepada kedua hamba yang pertama. Respons orang Kristen yang menghidupi perannya sebagai Raja adalah seperti respons kedua hamba yang pertama, bekerja dengan hati yang bersungguh-sungguh dalam memimpin dan mengelola yang Kristus percayakan, layaknya seorang pengusaha kehidupan.

Coba sekarang kita tarik ke penerapannya dalam panggilan profesi. Seorang insinyur Kristen yang bertanggung jawab akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk mengembangkan kompetensinya sebagai seorang insinyur, mengelola waktu dan tenaga yang imbang antara praktek rancang bangun sebuah karya teknik dan memperlengkapi diri untuk terus relevan dengan ilmu teknik terkini melalui belajar mandiri atau komunitas asosiasi profesi, mengelola sumber daya, mengatur pembagian tugas dan menjalankan fungsi supervisi untuk para teknisi, mengelola keuangan proyek dengan penuh tanggung jawab. Dia juga sadar bahwa dalam menjalankan profesinya mungkin saja dikelilingi oleh rekan yang tidak bisa mengatur sumber daya secara optimal, atau oleh kegagalannya sendiri dalam memimpin sebuah proyek, namun dia juga sadar karena Kristus telah menebusnya, maka dia tetap memegang teguh jabatan raja yang dipercayakan sehingga makin lama makin bisa mengoptimalkan sumber daya yang dipercayakan, berkembang dalam kompetensinya sebagai seorang insinyur yang semakin handal. Bukan tidak mungkin juga dalam perjalanan sebagai seorang insinyur ia akan mengalami masa-masa sulit untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam sebuah pelaksanaan proyek, tetapi dengan bermodalkan cara pandang penyempurnaan yang dikaruniakan Roh Kudus, dia yakin bahwa jerih lelahnya tidak akan sia-sia (1Kor. 15:58).

Panggilan sebagai Imam: Pelayan Kristus

Dari perumpamaan tentang talenta, kita juga bisa melihat bahwa hamba yang dipercayakan Sang Tuan untuk mengelola bukanlah pemilik dari talenta tersebut. Tuanlah pemilik talenta tersebut, dan mereka hanya pelayannya. Tak hanya talenta yang dimiliki tuan, hamba-hambanya pun adalah milik kepunyaannya sehingga merupakan sebuah kewajiban bagi mereka untuk melayani tuannya. Tuanlah yang berinisiatif memanggil para hamba untuk melayani dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Ketiganya merupakan pelayan yang jujur dalam hal keuangan, tidak melarikan uang tuannya, namun respons mereka dalam melayani sangatlah berbeda. Respons dari kedua hamba yang pertama terhadap tanggung jawab pelayanan yang diberikan adalah dengan memberikan kembali talenta yang dipercayakan, ditambah dengan keuntungan yang didapatkan dari menjalankan usaha dengan penuh kerajinan dan keberanian. Hamba yang terakhir tidak menanggapi tanggung jawab pelayanan tersebut dengan rasa bersyukur, tapi dengan rasa takut, tidak berani menerima tugas yang diberikan, sehingga menjadi malas untuk bertindak.

Orang Kristen dalam jabatannya sebagai imam sadar bahwa hidupnya bukan milik dia lagi, melainkan Kristus yang hidup dalam dirinya (Gal. 2:20), hidupnya untuk melayani Kristus dan dipersembahkan kembali kepada Kristus sebagai bentuk ucapan syukur atas kesempatan istimewa yang diberikan. Berdoa untuk bisa bekerja sebaik mungkin melayani di bidang keahlian, persekutuan yang erat dengan Kristus melalui waktu teduh pribadi, menjadi salah satu kebiasaan orang Kristen sebagai imam yang melayani.

Ketika menerapkan jabatan imam dalam bidang pekerjaan, seorang akuntan Kristen akan melayani rekan kerja dan bidang usaha melalui pembuatan laporan keuangan yang akurat, pemberian masukan yang tepat untuk keputusan strategi bisnis berdasarkan hasil laporan keuangan yang handal, pertanggungjawaban keabsahan perhitungan keuangan melalui fungsi audit keuangan, serta perencanaan sistem yang lebih efektif dalam menyajikan laporan neraca dan laba-rugi. Seorang akuntan Kristen bekerja dengan penuh kesadaran bahwa ia akan berhadapan dengan rekan yang mungkin kurang bertanggung jawab sehingga terkadang ia harus bekerja lebih berat karena diminta mengambil alih sementara pekerjaan yang menjadi tanggung jawab rekannya, seperti talenta yang dialihkan dari hamba yang memiliki 1 talenta ke hamba yang memiliki 10 talenta. Dia juga sadar bahwa hidupnya telah ditebus sehingga bisa mempersembahkan seluruh hasil karya dalam pekerjaannya kembali kepada Kristus yang dia layani. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23). Perjalanannya dalam melayani Kristus melalui profesi mungkin tidak mudah, tak jarang ia harus melewati berbagai tantangan dan kesulitan yang membentuk karakternya untuk menjadi seorang akuntan yang tetap memiliki integritas, melewati masa dimana mungkin tidak ada seorang rekan kerja pun yang menghargai apa yang telah dikerjakan, bahkan mungkin mempermasalahkan kekurangan kecil yang dia perbuat. Tak hanya melayani di pekerjaan, dia juga melayani di gereja lokal sebagai tim yang mengelola keuangan gereja, bersama-sama berjuang untuk mempertanggungjawabkan setiap uang yang Kristus percayakan kepada gereja-Nya.

 

Oleh: AW

Image source: Unsplash

Oleh:

Quote of the day

Arsitek dunia selalu memakai bahan-bahan yang paling indah untuk membangun bangunan yang megah di dunia ini. Hanya Tuhan Allah yang memakai manusia-manusia yang hancur hatinya untuk membangun kerajaan-Nya.

Stephen Tong