YOLO – Kamu Hanya Hidup Sekali

YOLO – Kamu Hanya Hidup Sekali

Istilah ini sangatlah populer di kalangan orang-orang muda pada zaman ini. Pemikiran para generasi muda zaman sekarang telah teracuni oleh prinsip hidup yang tidak mau pusing dan berpikir panjang. Saya pun juga dulunya sempat menganggap hal ini sebagai sesuatu yang positif, berpikir tidak ada salahnya untuk bersenang-senang selagi bisa. Prinsip hidup YOLO dalam pandangan saya waktu itu yaitu hidup memang untuk dinikmati selagi sempat karena belum tentu ada hari esok. Ya, memang benar bahwa hari esok belum tentu ada, tapi yang menjadi fokus yang salah yaitu ditujukan untuk kesenangan pribadi yang sementara dari dunia ini.

Dulunya pikiran saya hanya sebatas saya dan keluarga saya saja, memikirkan bagaimana yang terbaik untuk diri saya dan keluarga. Itu sungguh memprihatinkan bukan? Dengan pemikiran yang sempit, saya dulunya lupa akan kedaulatan Tuhan yang memelihara saya sampai saat ini. 

Sejak kecil saya sudah ditanamkan konsep hidup mandiri, yaitu berusaha keras sendiri untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Puncaknya sejak pertama kali saya datang ke Australia. Saya mesti bertanggung jawab penuh terhadap diri saya sendiri dan tidak boleh sampai berpikiran kalau orang tua saya pasti akan membantu. Jadi, hidup di negara asing dengan mengandalkan diri sendiri sangatlah menyeramkan bagi saya yang saat itu baru berusia 18 tahun. Tidak ada pengalaman hidup di dunia kerja, benar-benar baru tamat dari bangku SMA.

Tidak ada kepastian hidup yang bisa saya pegang, ya, tentunya saya percaya kalau Tuhan itu ada, tapi yang saya hidupi dulu yaitu hanya sebatas ke gereja tiap minggu, dan bahkan tidak pernah menghidupi doa-doa saya, karena sebenarnya saya sendiri pun tidak yakin kalau Tuhan itu mendengarkannya.

Waktu-waktu berlalu amat cepat, menginjak tahun kedua di Australia saya baru belajar untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan. Awalnya sungguh tidak mudah karena membutuhkan komitmen yang kuat, tapi saat itu seorang teman mengatakan kepada saya kalau firman Tuhan-lah yang menjadi kekuatan di dalam hidupnya. Pada saat itu saya hanya kepikiran: “Saya juga mau merasakan kekuatan dari Tuhan yang nyata.” Jadi, saya coba belajar membaca firman Tuhan sejak saat itu dan akhirnya menemukan suatu kepastian yang terus menguatkan saya.

Yeremia 9:23-24, Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”

Ketika saya membaca ayat tersebut, saya baru kepikiran dan menyadari kalau Tuhan yang sesungguhnya yaitu Tuhan yang ingin dikenal. Selama ini saya tidak pernah memahami konsep-konsep dasar iman kekristenan karena saya sendiri tidak pernah berusaha untuk bersikap aktif untuk mencari wajah Tuhan. Sebaliknya, dengan sekuat tenaga saya hanya mencoba untuk mengandalkan diri saya sendiri. Ketika mengingat kembali masa-masa seperti itu, rasanya sungguh sangat menakutkan dan sungguh penuh dengan ketidakpastian. Contohnya, pada saat awal datang ke Australia, benar-benar hidup yang mencoba berjalan sendiri dan sungguh tidak ada kelegaan sama sekali. Semua kelihatannya baik-baik saja dan terlihat sangat normal, tetapi tidak ada kelegaan yang menyegarkan jiwa saya. Tidak ada ketenteraman pribadi di dalam hati saya, karena saya hanya mengandalkan diri saya sendiri.

Saya teringat akan kutipan dari Elisabeth Elliot yang mengatakan, “Ketakutan muncul ketika kita membayangkan semuanya tergantung pada kita.”

Namun, setelah saya mengetahui kebenaran firman Tuhan itu, saya benar-benar belajar untuk menyangkal diri saya dan berusaha untuk menghidupinya. Ketika beberapa saat berlalu, saya sangat bersyukur dan baru menyadari tentang doa-doa saya dulu yang bersifat egois, dimana saya hanya meminta apa yang berfokus pada kebaikan diri saya, untuk memuaskan kesenangan pribadi yang hanya sesaat itu, yang ketika saya tidak mendapatkannya saya akhirnya menjadi kecewa dan sulit untuk mempercayainya lagi. Saya dulunya sungguh sangat egois dan hanya memikirkan kepentingan saya saja, padahal saya ada sebagaimana saat ini hanyalah semata-mata karena belas kasihan Tuhan. Merenungkan kembali hal itu, sejujurnya saya sangat bersyukur ketika Tuhan tidak memberikan apa yang saya anggap baik pada saat itu, karena justru itulah yang mungkin akan mencelakakan saya. 

Saya teringat akan Yeremia 17:5-8 yang mengatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

Setelah saya belajar menghidupi firman Tuhan, saya akhirnya menyadari tentang kebenaran yang paling besar akan kebahagiaan yang sesungguhnya adalah hidup yang boleh menghasilkan buah, yaitu hidup yang mengerti panggilannya, yang rela taat untuk dipakai menjadi alat bagi kemuliaanNya. Tuhan sesungguhnya tidak memerlukan kita untuk melangsungkan rencana-Nya yang dahsyat. Siapakah kita? Kita mungkin hanya memperlambat pekerjaan Tuhan saja.

Tetapi, ketika kita boleh memiki kesempatan untuk bekerja bagi kemuliaan Tuhan, marilah kita melihatnya sebagai keistimewaan kita sebagai anak-anak Tuhan. Ketika kita hidup untuk melayani Tuhan, di saat yang sama kita bisa mengalami dan melihat pimpinan Tuhan yang sangat nyata, yang senantiasa memimpin hidup kita.

Bersyukur kepada Tuhan jika saat ini saya dapat melihat kalau prinsip hidup YOLO sendiri sangat berarti ketika difokuskan kepada Tuhan, yaitu jika hidup kita yang hanya sekali ini boleh diresponi dengan mengejar pengenalan akan Tuhan yang sejati dan hidup giat bagi Dia, sehingga kita boleh mengenal dan puas di dalam Dia, yaitu Yesus Kristus yang telah menciptakan dan menebus hidup kita. Kita juga terus memohon belas kasihan Tuhan agar Dia berkenan menyatakan kemuliaan, keindahan dan kesucian-Nya kepada kita. Tanpa anugerah dari Tuhan sendiri, tidak ada orang yang sanggup untuk mengenal Dia. Kiranya kita semua boleh menggunakan waktu yang singkat ini untuk terus belajar hidup semaksimal mungkin bagi kemuliaan nama Tuhan. Sungguh tidak ada yang lebih membahagiakan ketika kita bisa memiliki kepenuhan di dalam hidup berjalan bersama Tuhan.

Bersyukur kepada Tuhan jika saat ini saya dapat melihat kalau prinsip hidup YOLO sendiri sangat berarti ketika difokuskan kepada Tuhan, yaitu jika hidup kita yang hanya sekali ini boleh diresponi dengan mengejar pengenalan akan Tuhan yang sejati dan hidup giat bagi Dia, sehingga kita boleh mengenal dan puas di dalam Dia, yaitu Yesus Kristus yang telah menciptakan dan menebus hidup kita.

Oleh: CH

Image source: Unsplash

Oleh:

Quote of the day

Alkitab adalah otoritas tertinggi untuk setiap orang percaya, standar iman dan landasan untuk reformasi.

John Wycliffe