Calvin dan Institutes of The Christian Religion

Calvin dan Institutes of The Christian Religion

Halo teman-teman, hari ini kita akan membahas seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam Reformasi Protestan di Swiss yang bernama John Calvin.

John Calvin lahir pada 10 Juli 1509 di Noyon, Perancis. Ia dibesarkan di dalam keluarga yang mengikuti pengajaran Roma Katolik. Ayah Calvin bekerja di bagian administrasi bersama Uskup lokal di daerah tersebut. Ia berharap agar Calvin dapat menjadi seorang pastor.

Calvin menghabiskan masa mudanya dengan mempelajari teologi, hukum, dan sastra klasik. Ketika berusia 14 tahun, Calvin pergi ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 1523, pengajaran mengenai Reformasi yang berasal dari Martin Luther telah menyebar ke seluruh Paris, tetapi Calvin tetap berada di sisi Roma Katolik.

Pada tahun 1527, Calvin mengenal pengajaran Reformasi melalui seorang temannya. Itulah pertama kali Calvin melihat keindahan Alkitab dan kemuliaan Allah. Sejak itu, Calvin menjadi salah seorang pendukung Gerakan Reformasi.

Sebagai seseorang yang secara terang-terangan mendukung Reformasi, nyawa Calvin selalu terancam, hingga akhirnya Ia melarikan diri dari Paris.

Sebagai seorang cendekiawan, Calvin ingin menyebarkan pengajaran Reformasi melalui tulisannya.  Calvin berniat untuk hidup dengan tenang di Strasbourg dan memulai karya-karya tulisannya. Namun di tengah perjalanan menuju Strasbourg, Ia singgah di sebuah kota bernama Jenewa, Swiss.

Ketika William Farel, seorang pemimpin gerakan Reformasi di Jenewa mendengar bahwa Calvin sedang berada di Geneva, ia meminta Calvin untuk tinggal di sana dan berjuang untuk melakukan Reformasi.

Pada awalnya Calvin menolak, tetapi Farel dengan keras meminta bahkan mengutuk Calvin yang tidak mau berbagian dalam perjuangan Reformasi, padahal memiliki kemampuan yang diperlukan saat itu. Akhirnya Calvin pun menjadi takut dan memutuskan untuk tinggal di Geneva.

Calvin memiliki beban yang jelas di dalam hatinya, yaitu untuk mengembalikan Kemuliaan Allah. Menurut Calvin, Gereja Roma Katolik telah menghancurkan Kemuliaan Kristus dalam banyak hal. Gereja saat itu menganut banyak doktrin yang keliru sehingga membuat kesempurnaan dan keindahan Kristus memudar.

Setelah mengenal pengajaran Reformasi, Calvin melihat bahwa banyak orang memiliki kehausan untuk mengenal Kristus, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Berangkat dari sana, Calvin kemudian membuat sebuah buku kecil yang berisi tentang dasar-dasar agama Kristen. Harapannya, buku kecil tersebut dapat dibaca oleh banyak orang dan mudah dibawa kemana saja.

Akhirnya pada Maret 1536, edisi pertama Institutes of the Christian Religion pun diterbitkan.

Institutes of the Christian Religion memiliki peran penting dalam Reformasi Protestan. Buku ini berisi perintah dan inti pengajaran Reformasi. Melalui Institutes, Calvin melanjutkan dan menyempurnakan gerakan Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther dan kaum reformator lainnya.

Institutes of Christian Religion awalnya ditulis dalam Bahasa Latin, bahasa yang umum digunakan kaum Cendekiawan waktu itu. Tetapi kemudian Calvin menerjemahkannya ke dalam bahasa Perancis, agar dapat dibaca oleh lebih banyak orang khususnya orang-orang awam.

Seiring dengan berjalannya waktu. Calvin melihat adanya keperluan untuk memperbarui bukunya. Ia pun menambahkan topik lainnya. Edisi keduanya diterbitkan tahun 1539, Edisi ketiga tahun 1543, Edisi keempat tahun 1550, dan Edisi terakhirnya tahun 1560.

Seorang teolog terkenal asal Inggris, J. I. Packer, mengatakan bahwa Institutes adalah salah satu keajaiban dunia, baik dalam dunia sastra, spiritual, dan teologi.

Buku kecil yang semula ditulis Calvin, kemudian berkembang menjadi sebuah buku yang memiliki hampir 1.000 halaman. Setelah lebih dari 460 tahun terbit, Institutes of the Christian Religion masih menjadi salah satu buku yang paling penting di sejarah Kekristenan hingga saat ini.

Oleh:

Quote of the day

Seorang Kristen bukanlah seseorang yang tidak pernah salah, tetapi orang yang dimampukan untuk bertobat dan mengangkat dirinya sendiri dan memulai lagi, karena kehidupan Kristus ada di dalam dirinya.

C. S. Lewis