Katherine Willoughby

Katherine Willoughby

Dalam sejarah Reformasi, Tuhan juga memakai para wanita yang takut akan Dia untuk menggenapi rencanaNya. Salah satunya adalah Katherine Willoughby. Dia lahir di dalam keluarga bangsawan Inggris yang memiliki relasi yang dekat dengan kerajaan. Orang tuanya mendidik dia dengan ajaran Katolik yang ketat. Katherine adalah seorang wanita cerdas, cantik, jujur dan tegas dalam berbicara. Koneksi yang kuat pada kekuasaan politik dan status sosial yang dimilikinya, serta komitmen pada reformasi gereja, menempatkan Katherine di pusat perkembangan politik dan kekristenan pada masa itu.

Wanita ini lahir di Suffolk, Inggris pada tahun1519. Ketika Katherine masih kecil ayahnya meninggal dunia dan dia mewarisi banyak kekayaan dari ayahnya. Charles Brandon, adik ipar Raja Henry VIII, membeli hak wali Katherine ketika ia berusia 9 tahun. Charles dan istrinya, Mary Tudor, adalah penganut konservatif Katolik Roma. Awalnya Katherine dipersiapkan untuk menjadi istri Henry Brandon, anak Charles. Tetapi 10 minggu setelah Mary meninggal, Charles Brandon sendiri yang berusia 49 tahun menikahi Katherine yang baru berusia 14 tahun. 

Pada tahun 1543, Katherine ditugaskan menjadi pendamping Ratu Catherine Parr, istri terakhir raja Henry VIII. Katherine pun diwajibkan mendengar kotbah setiap harinya, membaca buku ‘Prayers or Medytacions’ yang ditulis oleh Ratu yang berisi ajaran reformasi tentang keselamatan. Ia juga terlibat dalam diskusi-diskusi agama dengan Ratu. Dari sinilah iman Katherine diperbaharui, dan pada pertengahan 1540an, Katherine meyakini bahwa Alkitab adalah otoritas tertinggi dan pembenaran hanya oleh iman saja. Ia memperoleh 'Tyndale's New Testament' edisi cetak Alkitab pertama dalam bahasa Inggris, dan secara terang-terangan mengkritik Katolik Roma. Setelah kematian suaminya, Charles Brandon, di tahun 1545, Katherine semakin terbuka menyatakan iman Kristennya secara publik. Katherine juga kehilangan kedua putranya di hari yang sama tahun 1551 akibat “sweating sickness” yang melanda Inggris. Ditengah kedukaannya kehilangan anak dan suaminya, Katherine tetap mengakui bahwa Allah itu baik.

Sebagai salah satu wanita terkaya di Inggris, Katherine menggunakan kekayaannya untuk mendukung gerakan Reformasi. Ia menyediakan Alkitab untuk setiap gereja di Lincolnshire. Dia menjadi pelindung dan pendukung para reformator termasuk Hugh Latimer, yang memberikan pengaruh besar bagi hidup kerohanian Katherine. Katherine juga menolong pengungsi Protestan dari Eropa. Katherine menggunakan koneksi politiknya untuk mendapatkan surat jaminanyang memperbolehkan mereka membangun gereja yang diakui secara legal.

Katherine menikah dengan pengawalnya yang bernama Richard Bertie dan mereka saling mencintai. Mary I (ke 1) atau Bloody Mary, penganut setia Katolik Roma, menjadi Ratu pada tahun 1554, Katherine dan Richard berada dalam bahaya penganiayaan oleh karena kepercayaan Reform mereka. Keduanya memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan berlayar ke Jerman. Ketika semakin banyak pengungsi Reformasi dari Inggris berdatangan, mereka mendirikan gereja di Wesel. Hal ini diketahui oleh Ratu Mary I, maka Katherine dan Richard harus melarikan diri lagi dan pada akhirnya sampai ke Polandia atas undangan Raja Jan Laski. Pemerintah Polandia menyambut baik mereka, bahkan memberikan Richard peran administratif untuk memajukan reformasi di negara tersebut.

Ketika Ratu Mary I atau yang dikenal sbg bloody Mary meninggal dan digantikan oleh Ratu Elizabeth di tahun 1559, Katherine dan keluarganya pun kembali ke Inggris tanpa harus takut ancaman karena iman mereka. Katherine menggunakan segala kesempatan yang dia miliki di akhir hidupnya untuk mendukung reformasi Protestan di Inggris. Dia meninggal di usia 61 pada tahun 1580. Katherine banyak mengalami penderitaan selama hidupnya, tetapi dia tetap setia mempertahankan imannya sampai akhir 

Oleh:

Quote of the day

Seorang Kristen bukanlah seseorang yang tidak pernah salah, tetapi orang yang dimampukan untuk bertobat dan mengangkat dirinya sendiri dan memulai lagi, karena kehidupan Kristus ada di dalam dirinya.

C. S. Lewis