Pengajaran Kaum Puritan Mengenai Pekerjaan Sehari-hari

Pengajaran Kaum Puritan Mengenai Pekerjaan Sehari-hari

Menurut Saudara, apa itu makna pekerjaan? Sebagai orang percaya, bagaimanakah harus kita menanggapi karir dan apa yang Alkitab ajarkan tentang ini?

Ini selalu menjadi pertanyaan bagi kita, terutama di dunia yang penuh pilihan ini. Bagaimana tidak? Sebagian besar hidup kita akan kita dedikasikan untuk bekerja (diluar tidur)! Tetapi Alkitab pun menyatakan di Kejadian 1:28 dan Kejadian 2:15, bahwa Allah menetapkan manusia untuk bekerja di dunia yang Dia sendiri ciptakan. Di dalam anugerah Tuhan, kita boleh belajar dari saksi-saksi iman seperti kaum Puritan tentang bagaimana menggenapkan panggilan Tuhan di dalam pekerjaan sebagai orang percaya.

Kaum Puritan adalah kaum Protestan Inggris pada abad ke 16 dan 17 yang menetapkan prinsip teologia Reformed dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pekerjaan mereka sangat praktis; pengajaran mereka Alkitabiah, dan sungguh bermakna. Salah satu pengajaran mereka yang praktis adalah tentang pekerjaan. Bagaimana cara kita mencari pimpinan Tuhan di sini? Mari kita telusuri sama-sama.

Mari kita coba pikirkan pertanyaan ini: “Ke mana Tuhan sudah memanggilku?”
Sebagai orang Kristen, panggilan objektif kita dari Tuhan selalu mendahului kesadaran kita. Jadi, pekerjaan bukan suatu hal yang terpisah dari relasi kita dengan Tuhan, tetapi sebagai sesuatu yang kita akan lakukan hampir seluruh hidup kita, adalah aktivitas ‘rohani’ pula! Kita sudah punya panggilan kita yang kelihatan jelas. Kita yang adalah orang Kristen, jemaat gereja, seorang anak, mahasiswa, mungkin orang tua dan seorang teman – semua ini adalah panggilan yang Tuhan sudah tetapkan bagi kita. Maka, dalam konteks seperti ini, tiga hal penting ini baik untuk kita pikirkan mengenai kehendak Tuhan bagi pekerjaan kita.

1. Pekerjaan apa yang aku inginkan?

Allah adalah Allah yang ‘bahagia/menyenangkan’ (‘a happy God’ – 1 Tim 1:11), bukan Allah yang mengekang. Di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus, dan melalui Roh Kudus-Nya, Dia mau membentuk hati kita untuk mengingini pekerjaan yang Dia panggil kita untuk kerjakan, dan bukan hanya itu – untuk menikmatinya! Seorang Puritan, Richard Steele, menyatakan: Allah memanggil setiap manusia untuk melayaninya di panggilan tertentu di dunia ini untuk kebaikan diri mereka dan kebaikan masyarakat, dan telah menentukan bagi tiap-tiap orang posisi mereka. Tuhan mau umat-Nya bekerja dengan ‘gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.’ (Ibrani 13:17)

Tetapi perlu diingat, keinginan itu bukan panggilan. Sangat gampang bagi kita untuk menganggap keinginan yang Tuhan berikan sebagai suatu panggilan – memang aspirasi itu penting, tetapi itu bukanlah keseluruhan suatu panggilan. Kita butuh dua hal lagi, yaitu peneguhan dari orang lain dan kesempatan yang Tuhan berikan.

2. Apa orang-orang di sekitar meneguhkan panggilan itu?

Pertanyaan selanjutnya objektif, yaitu tentang kemampuan kita. Apakah kita sendiri bisa melihat (meski kecil) kita bisa memenuhi kebutuhan orang lain dengan bekerja di bidang yang kita tuju? Dan lebih daripada itu, apakah orang-orang yang mengenal dan mengasihi kita setuju dengan arah ini? Apa mereka pikir kita ini ‘fit’ untuk pekerjaan yang kita mau?

William Perkins, seorang Puritan mengatakan: Inti kehidupan kita adalah ‘melayani Tuhan dengan melayani manusia di pekerjaan dimana kita dipanggil.’ Panggilan sejati kita bukan dibentuk dari kemauan kita sendiri, seperti apa yang orang jaman sekarang katakan – follow your heart! Don’t let your dreams be dreams! – tetapi membentuk hati kita melalui kebutuhan orang lain. Mencari kehendak Tuhan dalam panggilan kita dilakukan dengan mencari dimana aspirasi kita bisa sejalan dengan kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan uniknya, kesenangan kita dalam pekerjaan itu bertumbuh seturut dengan bukti kelihatan yang makin jelas bahwa kita menolong masyarakat dan mereka mengakui usaha baik kita! Sesuatu bukti yang indah, bukan?

3. Arah mana saja yang Tuhan bukakan?

Terakhir, hal yang paling penting (dan yang paling sering dilewati) adalah kesempatan yang jelas Tuhan berikan dan pintu yang Tuhan bukakan secara nyata. Mungkin kita bisa merasa terpanggil, dan orang-orang bisa saja meneguhkan perasaan kita, tetapi sampai Tuhan membuka pintu itu, kita tidak dipanggil 100%.

Disinilah kita bisa lihat dengan jelas providensia Allah! Tidak ada sesuatu yang kebetulan. Allah berkuasa atas segala sesuatu – dari Dia, oleh Dia, dan bagi Dia (Roma 11:36). Jadi, kalau ada panggilan jelas dalam hidup yang memenuhi aspirasi kita, misal tawaran kerja, dan di teguhkan oleh persetujuan orang yang mengenal kita, kita boleh ambil ini sebagai konfirmasi ‘panggilan’ Tuhan.

Dan kita boleh mengatakan bahwa panggilan ini dari Dia karena Tuhan sendiri, melalui providensia-Nya mempersiapkan semuanya! Dia yang memulai proses ini dengan menanam keinginan yang baik untuk membantu orang lain; dan Dia meneguhkan panggilan itu melalui kemampuan yang Dia tanam didalam kita dan peneguhannya oleh teman-teman kita; dan sekarang Tuhan sendiri menkonfirmasi panggilan itu dengan membuka pintu kesempatan itu lebar-lebar – Tuhan-lah, bukan manusia yang memberi pekerjaan!

Tuhan tidak hanya memberi kepada kita hamba Tuhan, misionari, pengkhotbah dan penilik gereja, tetapi Dia juga memberi kita dokter dan petani. Dalam anugerah umum-Nya, Dia memberi guru, pengusaha, dan pedagang bagi orang yang benar dan tidak. Dan terlebih lagi, Tuhan memberi kita kepada dunia untuk melayani-Nya, memuliakan-Nya, dan menjadi saksi bagi Dia di dunia ini.

Oleh:

Quote of the day

Kasih Allah dimanifestasikan dengan cemerlang dalam kasih karunia-Nya kepada orang-orang berdosa yang tidak layak. Dan itulah tepatnya rahmat: kasih Allah mengalir dengan bebas bagi yang tidak menyenangkan.

A. W. Tozer