Masa kecil
James Hudson Taylor lahir pada tanggal 21 Mei 1832 di Barnsley, England. Kedua orang tuanya adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Ketika Hudson Taylor masih di dalam kandungan, mereka sudah berdoa kepada Tuhan agar ia bisa dipakai Tuhan dan pergi ke Cina. Tetapi ketika ia berusia 15 tahun, dia menjadi skeptis terhadap kekristenan dan kecewa kepada orang-orang Kristen yang menyatakan percaya pada Alkitab tapi hidup sama seperti orang-orang duniawi yang tidak mengenal ajaran Kristen. Hal ini menyebabkan Hudson Taylor memutuskan untuk hidup bagi dirinya sendiri.
Hidup Hudson Taylor yang begitu jauh dari Tuhan menggerakkan ibu dan kakak perempuannya untuk tekun berdoa memohon pertobatannya. Sampai ketika ia berumur 17 tahun, Tuhan menjawab doa mereka. Hudson Taylor sedang berada di rumahnya dan secara tidak sengaja membaca sebuah traktat berjudul “Sudah Selesai”. Muncul pertanyaan di dalam hatinya akan arti dari kalimat tersebut, yang kemudian mengubahkan pemikirannya yang salah mengenai Allah. Ia juga mendapatkan pengertian akan pemenuhan karya keselamatan Allah melalui hidup Yesus Kristus. Saat itu juga Hudson Taylor menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya dan membuat keputusan untuk melayani Tuhan sebagai misionaris dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke Cina.
Tantangan terbesar
Persiapan Hudson Taylor untuk pergi ke Cina dijalani dengan berbagai tantangan yaitu masalah kesehatan, keuangan yang sangat terbatas dan pergumulan untuk menyelesaikan studi medisnya. Tetapi penyertaan Tuhan begitu nyata bagi Hudson Taylor sehingga ia dapat melalui semua kesulitan itu dan pergi ke Cina pada bulan September 1853 yang disponsori oleh sebuah badan misi bernama Chinese Evangelization Society. Setibanya di Shanghai, Cina pada tanggal 1 Maret 1854, Hudson Taylor memulai penginjilan dan pembagian traktat di berbagai area, namun usahanya kurang mendapat sambutan baik dari warga sekitar. Mereka hanya melihatnya sebagai orang asing. Hal ini membuat ia memutuskan untuk berpakaian seperti orang Cina asli demi membuktikan bahwa apa yang dia kabarkan bukanlah kabar yang asing.
Pada tahun 1857, Hudson Taylor memutuskan untuk keluar dari Chinese Evangelization Society. Di tahun berikutnya ia menikah dengan Maria Dryer yang berasal dari keluarga misionaris. Penderitaan dan kesulitan terus menerus dialami oleh Hudson Taylor dari berbagai sisi kehidupan, kesehatan yang kurang baik, kondisi keuangan yang tidak mencukupi, kedukaan karena kematian empat orang dari delapan anaknya pada usia yang masih kecil dan puncaknya adalah ketika istri yang teramat dicintainya meninggal pada tanggal 23 Juli 1870.
Hasil kerja
Pada saat kesempatan yang begitu besar terbuka di Cina, kesehatan yang memburuk justru memaksa Hudson Taylor kembali ke Inggris bersama istri keduanya dan anak perempuannya yang masih kecil. Namun, apa yang terlihat seperti sebuah kemunduran di dalam pekerjaan misinya, ternyata merupakan suatu langkah maju. Ketika ia berada di Inggris, dia berhasil menyelesaikan studi medisnya, menyempurnakan terjemahan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Cina dan mengorganisir The China Inland Mission (CIM).
The China Inland Mission (CIM) terbentuk pada tanggal 25 Juni 1865 ketika Hudson Taylor sedang berada di Brighton Beach, Inggris untuk berdoa. Hatinya sangat terbeban untuk menjangkau jutaan orang-orang Cina yang berada di daerah terpencil, ia meminta agar Tuhan mengirimkan 24 orang misionaris untuk pergi kembali ke Cina bersama-sama dengan dia. Melalui doanya, Hudson Taylor mendapat suatu kebenaran yang menyadarkan dia bahwa tanggung jawab untuk memulai pekerjaan misi yang baru itu adalah bukan miliknya melainkan Tuhan sendiri. Hudson Taylor membuka rekening di bank untuk misi ini dengan saldo pertama sebanyak 50 Dollar. Charles Spurgeon yang mendengar kabar tentang apa yang Hudson Taylor kerjakan, teramat kagum dengan api penginjilan bagi negara Cina yang milikinya. Pada tahun itu juga dia mengumpulkan uang sebanyak 13 ribu Dollar dan menerima 24 orang misionaris.
CIM mempunyai beberapa keunikan yaitu para misionarisnya tidak mendapat gaji tetap dan mereka juga tidak boleh meminta bantuan dana. Para misionaris ini harus percaya kepada Tuhan untuk mencukupi kebutuhan mereka, terlebih lagi mereka harus memakai pakaian tradisional dan memasukkan injil itu ke dalam budaya Cina. Pada tanggal 26 May 1866, keluarga Hudson Taylor bertolak menuju Cina setelah lima setengah tahun melayani dan merekrut orang-orang di kampung halamannya.
Hal-hal yang menonjol tentang Hudson Taylor
Dikarenakan oleh begitu banyak orang-orang Cina yang harus dijangkau dengan pekerjaan penginjilan, Hudson Taylor mengeluarkan suatu peraturan yang dianggap radikal yaitu ia mengirim misionaris-misionaris wanita yang belum menikah masuk ke pedalaman, suatu kebijaksanaan yang dikritik oleh banyak misionaris-misionaris. Tetapi keberanian Hudson Taylor tidak mengenal batasan, gaya kepemimpinan dan idealismenya yang tinggi menciptakan ketegangan antara perwakilan CIM di London dan di Cina. Perwakilan di London berpendapat bahwa Hudson Taylor memimpin secara otokratis, sedangkan ia berpendapat bahwa ia hanya melakukan apa yang terbaik untuk pekerjaan penginjilan itu dan menuntut komitmen yang tinggi dari anggota-anggotanya. Cara bekerja Hudson Taylor yang sangat melelahkan ini baik di Cina maupun di luar negeri yaitu Inggris, Amerika, dan Kanada ketika ia harus memberikan kesaksian dan untuk merekrut misionaris-misionaris, tetap dilakukan meskipun dengan kesehatan yang tidak baik dan pergumulan dengan depresi karena kehilangan istri pertama dan anak-anaknya.
Prinsip kerja dan rasa percaya dari Hudson Taylor yang penuh kepada Tuhan menjadikan CIM berkembang dan maju, meskipun tidak pernah meminta bantuan dana. Hal ini menginspirasi ribuan orang untuk meninggalkan kenyamanan di dunia barat dan pergi membawa pesan kekristenan menuju ke pedalaman Cina yang luas dan yang belum pernah dijangkau. Tujuan dari misinya adalah untuk membawa kabar injil ke tempat di mana Injil belum pernah dikabarkan sebelumnya.
Meskipun pekerjaan misi di Cina ini sempat terganggu dengan pengambilalihan kekuasaan oleh partai Komunis di Cina tahun 1949, CIM terus melanjutkan pelayanan sampai hari ini di bawah nama Overseas Missionary Fellowship International (OMF).
Legasi
Hudson Taylor merupakan misionaris yang paling luas penjangkauan misinya di dalam sejarah Cina. Selama 51 tahun pelayanannya di sana, China Inland Mission telah mendirikan 20 stasiun misi dan membawa 849 orang misionaris ke ladang penginjilan (968 pada tahun 1911), melatih 700 orang pekerja Cina, mengumpulkan 4 juta Dollar dan membangun gereja-gereja di Cina dengan jumlah jemaat 125 ribu orang yang giat bersaksi. Dikatakan bahwa sedikitnya 35 ribu orang yang telah dia injili dan 50 ribu orang telah ia baptiskan. Talentanya untuk menginspirasi banyak orang untuk menyerahkan diri dan harta benda mereka kepada Kristus sangatlah mengagumkan. Hudson Taylor dikenal sebagai seorang pendoa, ia belajar mengenai kuasa doa melalui ibu dan kakak perempuannya. Ia juga dikenal sebagai orang beriman, dia menyatakan bahwa dirinya hanyalah pelayan dari Allah yang setia.
Hudson Taylor meninggal dunia pada tanggal 3 Juni 1905 dan dikuburkan di Changsa, Hunan. CIM yang dulu dikenal sebagai Overseas Missionary Fellowship, sekarang bernama OMF International, didirikan dan dijalankan melalui contoh hidup dan permohonannya akan pekerja-pekerja misi yang sangat dibutuhkan, yang kemudian mendorong orang-orang untuk berdoa dan pergi ke Cina. Hudson Taylor berkata, “Semoga generasi kita boleh menjunjung tinggi Firman dari Allah kita yang setia, hidup, bersaksi dan berdoa seturut dengan kehendak-Nya di mana pun kita berada”.
Sebuah pernyataan dari Hudson Taylor yang menginspirasi banyak orang yaitu:
- “Cina tidak akan bisa dimenangkan bagi Kristus dengan misionaris-misionaris yang hanya sedikit bicara dan tidak banyak bekerja”.
- “Contoh misionaris-misionaris yang dibutuhkan adalah yang bersedia mendahulukan Yesus, Cina dan jiwa-jiwa itu daripada segala hal di setiap saat, bahkan hidup mereka sendiri harus menjadi yang kedua”.
Image source: Wikipedia
- "China is not to be won for Christ by quiet, ease-loving men and women," he wrote. "The stamp of men and women we need is such as will put Jesus, China, [and] souls first and foremost in everything and at every time—even life itself must be secondary."